REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pemuda Muhammadiyah meminta agar masyarakat Barat untuk tidak mengajari Indonesia mengenai toleransi. Sebaliknya, Indonesialah yang sebenarnya harus mengajari masyarakat Barat ihwal toleransi dan demokrasi.
Hal itu diungkap Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjutak dalam silaturahim ke Harian Republika, Kamis (5/2). "Jutru kita yang sebenarnya harus mengajari mereka tentang toleransi dan demokrasi," ujar Dahnil.
Pernyataan perwakilan umat Islam dalam International Youth Committee (IYC) Religion for Peace ini diungkapkannya tentu bukan tanpa alasan. Saran tersebut Dahnil ajukan karena kondisi toleransi di Barat sangat memprihatinkan. Saat ini misalnya, kondisi umat Islam di Barat sangat mengkhawatirkan. Keadaan ini diperparah setalah peristiwa penyerangan kantor Charlie Hebdo oleh pelaku yang diduga Muslim beberapa waktu lalu.
Dahnil juga menjelaskan, selama ini penilaian tentang Islam oleh orang Barat sangat keliru. Dahnil mengira peran media menjadi salah satu penyebabnya. Pers Barat lebih menyukai pengambilan isu Islam dari Timur Tengah yang notabene sering terjadi kericuhan.
"Citra Islam pun menjadi tidak baik. Padahal, Islam tidak hanya dilihat dari kondisi di Timur Tengah saja," kata dia.
Menurut Dahnil, Indonesia bisa menjadi wajah dari Islam sebenarnya. Oleh sebab itu, dia berharap media asing bisa mengambil contoh penghidupan masyarakat Muslim sesungguhnya dari Indonesia. Sebab, hanya di Indonesia yang kondisi masyarakat Muslimnya bisa hidup berdampingan secara damai dengan agama lainnya.
Dahnil berharap citra islam bisa membaik ke depannya. Dia berharap masyarakat dunia tahu Islam yang mayoritas penganutnya berada di Indonesia ini memiliki sikap yang baik. Yakni, seperti toleransi, demokrasi dan sebagainya. "Jangan melihat Islam dari Irak atau Pakistan yang penuh dengan kerusuhan, tapi lihatlah Islam yang damai di Indonesia," tegasnya.