Jumat 06 Feb 2015 23:00 WIB

Arkeolog Telusuri Jejak Kolonial di Buru Selatan

Arkeolog (ilustrasi)
Foto: Reuters/MSNBC
Arkeolog (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Tim Arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon akan menelusuri jejak sejarah peninggalan masa kolonial di Kabupaten Buru Selatan mulai pertengahan Februari 2015, agar ada upaya perlindungan dan pelestarian oleh pemerintah.

"Kami belum tahu potensi arkeologi kolonial di sana seperti apa, tapi kalau berdasarkan informasi sejarah ada benteng di Buru Selatan tapi kami tidak tahu tepatnya di sebelah mana, entah di Leksula atau di Namrole," kata Arkeolog Syahruddin Mansyur di Ambon, Jumat (6/2).

Ia mengatakan karena keberadaan benteng dan peninggalan sejarah kolonial lainnya belum diketahui posisinya, maka timnya akan melakukan penelusuran di beberapa kawasan yang diduga memiliki kemungkinan adanya produksi dan proses perdagangan rempah-rempah pada masa lampau.

"Awalnya, benteng itu dulu yang mau saya identifikasi seperti apa, setelah dari sana kemungkinan akan bisa menemukan potensi lainnya, jalur perdagangan, posisi daerah seperti apa pada masa kolonial," katanya.

Sepanjang penelitiannya tentang sejarah kolonial di Maluku, kebanyakan benteng yang ditemukan telah mengalami kerusakan, beberapa di antaranya bahkan tidak bisa diidentifikasi lagi bentuknya karena hanya tersisa sebagian struktur fondasi yang masih utuh.

Rusaknya bangunan benteng, kata dia, sebagian besar diakibatkan oleh alam, tapi semakin diperparah dengan ulah masyarakat yang mengambil material-material yang tersisa.

Oleh karena itu, kata dia, penelitian di Buru Selatan tidak hanya untuk mengidentifikasi sebaran peninggalan kolonial di Maluku, tapi hasilnya akan dilaporkan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Ternate yang bertugas mengawasi dan melindungi peninggalan sejarah di wilayah Provinsi Maluku dan Maluku Utara.

"Karena penelitian baru akan berupa penelusuran saja, jadi kami tidak melakukan penggalian dan semacamnya tapi hasil penemuan akan dilaporkan ke BPCB agar ada upaya perlindungan terhadapnya," katanya.

Sebelumnya, tim arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon melakukan penelitian di Kabupaten Buru Selatan baru, namun penelitian tersebut lebih difokuskan pada potensi kepurbakalaan, dan mereka menemukan lukisan cadas di dinding gua yang merupakan peninggalan masa prasejarah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement