REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setelah serangan di kantor Charlie Hebdo, Paris, 7 Januari 2015 lalu, sekelompok aktvis Muslim Perancis melakukan kampanye di media sosial dengan menuliskan #JeSuisNous sebagai kontribusi positif Muslim dalam budaya Perancis.
Selama sebulan kampanye, Facebook menjadi situs populer bagi Muslim dan nonMuslim bercerita tentang kehidupan sehari-hari seperti musik rap, seni, olahraga dan dunia akademis.
Aktivis Muslim yang melakukan kampanye untuk persatuan Muslim dan nonMuslim di Perancis memiliki latar belakang yang berbeda dan profesional. Seperti pakar hukum, hak asasi manusia, keuangan, komunikasi dan akademisi.
Mahasiswa Phd Hukum di Universitas London SOAS mengatakan, kampanye tersebut sebagai dorongan untuk membuktikan keberadaan Muslim di Perancis baik. Katanya setelah serangan Charlie Hebdo, membuat keberadaan Muslim di Perancis dipertanyakan.
“Setelah serangan di Charlie Hebdo, keberadaa kelompok Muslim di Perancis dipertanyakan,” ujar Laila Fathi, mahasiswi Phd Hukum di Universitas London SOAS.
Laila menuturkan, Facebook dan Youtube yang menjadi sasaran kampanye membuat masyarakat Muslim di Perancis lebih percaya diri. Sehingga identitas mereka di Perancis diakui.
Menurutnya, serangan di Charlie Hebdo membuat masyarakat Perancis benci dengan Muslim. Sehingga menimbulkan kelompok antiMuslim di Perancis.
Guru Sejarah Perancis, Samia Hathroubi menyebutkan, #JesuisNous menggambarkan perjuangan Muslim untuk mendapatkan pandangan positif terhadap Muslim di Perancis.
Katanya, serangan di Charlie Hebdo membuat Muslim dipandang sebelah mata. Mereka mengangap Muslim adalah teroris yang mengganggu kenyamanan masyarakat Perancis.