Ahad 08 Feb 2015 09:38 WIB

Muslim Rusia Meminta Diperbolehkan Kembali Gunakan Hijab

Rep: C13/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Muslimah Rusia
Foto: onsilam.net
Muslimah Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Mahkamah Agung Rusia bersiap untuk membahas larangan jilbab di sekolah-sekolah. Mufti negara telah mengirim surat kepada Presiden Vladimir Putin dan mendesak dia untuk membela hak perempuan Muslim untuk mengenakan jilbab di sekolah-sekolah dan universitas.

"Saya berbicara kepada Anda sebagai mufti dan sebagai seorang ayah. Saya harap Anda bisa melindungi nilai-nilai tradisional kita, melindungi putri kami dan cucu. Juga, melindungi masa depan negara yang besar dan indah di Eurasia ini," tulis Ravil Gainutdin dalam surat terbuka yang diterbitkan awal pekan ini di Dewan Rusia website Mufti, seperti yang dilansir IslamOnline, Ahad (8/2).

Mufti menjelaskan, suratnya itu dipicu oleh Mahkamah Agung yang berencana untuk membahas larangan penutup kepala Muslim di sekolah-sekolah yang sebelumnya diperkenankan. Pembahasan ini akan dilakukan MA Republik Rusia Mordovia itu pada 11 Februari mendatang.

Para Sarjana juga mengingatkan pemimpin Rusia. Mereka memperingatkan pada 1 Februari lalu yang bersamaan dengan hari hijab internasional.

Sarjana itu menambahkan, jilbab yang digunakan perempuan sudah ada di agama-agama Ibrahim lainnya dan budaya tradisional. Dia juga menilai pengaruh asing sebagai penyebab kontroversi yang baru-baru ini terus menerus menyerang pakaian wanita Muslim.

Islam sendiri merupakan agama terbesar kedua di Rusia. Penganut agama ini mewakili sekitar 15 persen dari penduduk mayoritas Ortodoks yang berjumlah sekitar 145 juta.

Pada Januari 2013, Federal Rusia Layanan Migrasi mengeluarkan keputusan yang memungkinkan perempuan Muslim ekspatriat yang bekerja di Rusia untuk memakai jilbab. Dengan syarat, mereka menggunakannya tanpa memakai cadar. Ini dilakukan demi identifikasi mereka.

Pemakaian jilbab memicu kontroversi di Rusia pada Oktober 2013 setelah lima mahasiswa Muslim dilarang menghadiri kelas di sekolah. Saat itu, mereka berada di desa Kara-Tyube di wilayah Stavropol selatan.

Pada awalnya, mereka diizinkan untuk menghadiri sekolah mereka pada September dengan mengenakan jilbab. Kemudian, mereka diberitahu tidak akan diizinkan masuk kecuali mereka melepas jilbab mereka. Pada saat itu, Putin juga mendukung pelarangan jilbab di sekolah-sekolah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement