Senin 09 Feb 2015 12:02 WIB
Kontroversi Valentine

Tak Mempan Dilarang Peringati Valentine, Remaja Harus Tahu Baik dan Buruknya

Rep: C09/ Red: Indah Wulandari
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Quranic Generation menggelar kampanye tolak perayaan Hari Valentine di Jakarta, Ahad (8/2).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Quranic Generation menggelar kampanye tolak perayaan Hari Valentine di Jakarta, Ahad (8/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan hari kasih sayang alias Valentine Day dinilai sangat mempengaruhi pola pikir remaja Indonesia secara masif.

"Remaja kita perlu memfilter apa saja yang baik dan apa yang buruk," jelas psikolog Endang Widyorini, Senin (9/2).

Meski tak bisa membendung sama sekali pengaruh budaya Barat tersebut, Endang menilai, remaja harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan tidak dalam menghadapi Valentine. Menurutnya, jika masih dalam hal memberikan coklat kepada teman masih dalam batas wajar.

"Yang harus diingat adalah tidak melakukan hal yang berbahaya dan tidak sampai melanggar norma-norma budaya kita," kata dia.

Endang mengatakan, orang Indonesia memiliki budaya yang tidak ekspresif. Oleh karena itu, budaya dari Barat menjadi ekspresif untuk mengungkap perasaan ketika diadopsi di Indonesia.

Ia juga mengimbau agar orang tua dan sekolah mengambil peran untuk membimbing anak remaja agar tidak terjerumus pada tingginya pengaruh budaya barat. Sehingga anak sendiri dapat mengetahui dan menyeleksi mana yang baik dan meninggalkan yang buruk.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement