Senin 09 Feb 2015 16:19 WIB

30 Fans Sepak Bola di Mesir tidak Pernah Kembali ke Rumah

Rep: C84/ Red: Citra Listya Rini
Sepak bola (ilustrasi)
Foto: www.imotion.com.br
Sepak bola (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Lebih dari 30 warga Mesir yang berangkat ke Stadion Pertahanan Udara untuk mendukung klub kesayangannya, Zamalek FC, berlaga tidak akan pernah kembali ke rumahnya. Insiden dengan aparat keamanan menjadi penyebabnya.

Tanggung jawab penuh tentu mengarah kepada orang nomor satu di Mesir, Presiden Abdel Fattah Al-Sisi. Inilah yang dikatakan Amr Khalifa dalam tulisannya di Daily News Egypt pada Senin (9/2).

Tragedi naas ini menambah deretan panjang 'keberingasan' aparat keamana terhadap fans sepakbola di Mesir setelah kejadian serupa juga menimpa rival Zamalek FC, Al-Ahly pada 2012 lalu dimana 74 pendukungnya tewas dalam insiden di Stadion Port Said.

Kata Khalifa, Sisi harus segera menyelesaikan ini karena menurutnya penghakiman terhadap pendukung sepak bola kental sekali aroma politiknya. Keduanya, baik Ultras Al-Ahly maupun Zamalek dikenal cukup vokal dalam menggulingkan rezim Mubarak beberapa tahun lalu.

Ia memandang jika Sisi tidak menangani insiden ini dengan benar, dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih besar. Serangan teroris, penyiksaan, malapraktik, kekerasan sistematis yang dilakukan negara terhadap rakyat akan berimplikasi buruk ke depannya.

Sebelum Revolusi 25 Januari, moto polisi yang terkenal adalah 'polisi untuk melayani rakyat'. Namun, Khalifa menilai moto tersebut amatlah menggelikan jika melihat fakta yang terjadi di lapangan. Ia mendesak Sisi untuk mengusut tuntas terkait kematian Ultras Al-Ahly dan Zamalek yang menurutnya sarat akan politik.

Maklum saja, dalam konteks sepak bola kedua kubu itu adalah musuh bebuyutan, namun sedikit meredakan ketegangan untuk bersatu padu bersama rakyat melengserkan rezim Mubarak. Tindakan polisi kepada para pendukung sepak bola dinilainya sebagai sinyal kepada siapa saja yang membangkan terhadap pemerintah akan dibungkam.

"Menteri Dalam Negeri Anda membunuh semua orang, Bapak Presiden," kata pembawa acara talk show di Mesir, Lamees El Hadidi. "Jadi apa yang terjadi kemarin? Bagaimana, sebagian besar, pemuda yang pergi menonton pertandingan sepak bola tidak pernah kembali ke rumah?," sambungnya.

Kejanggalan yang dirasakan Khalifa diperkuat dengan pernyataan seorang saksi mata, Abdel Rahman ben Kamel. Rahman mengatakan keanehan yang terjadi dimana aparat keamanan tidak membuka jalur menuju masuk ke dalam stadion dan justru menahan para pendukung di sebuah area yang tidak sesuai dengan kapasitas massa.

"Aku bersumpah demi Allah, tiba-tiba mereka menembakkan gas air mata pada kami. Orang-orang terjatuh, mereka menginjak, aku bersumpah kepada Allah, ada seseorang di bawah saya yang mengambil napas terakhirnya ", ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement