Selasa 10 Feb 2015 10:13 WIB
Indonesia Darurat Pornografi

Psikolog: Pornografi Rusak Bagian Otak yang Bedakan Manusia dan Hewan

Rep: Mg03/ Red: Agung Sasongko
Anti-Pornografi (ilustrasi)
Foto: ROL
Anti-Pornografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Elly Risman berpendapat, masyarakat indonesia tidak menyadari bahwa kemudahan akses internet melalui berbagai macam cara termasuk lewat handphone itu memperbesar kemungkinkan orang terpapar pada pornografi. Padahal kini, hampir setiap orang sudah memiliki handphone termasuk anak-anak.

“Orang tua memberikan handphone kepada anak-anak, padahal orang tua sendiri belum tentu tau bagaimana cara menggunakan handphone, dari puluhan juta orang tua 60 persen diantaranya tidak lulus SD. Orang tua harus dididik oleh pemerintah,” katanya, Selasa (9/2).

Dampak pornografi begitu merusak, pasalnya ketika mengakses pornografi, menurut Elly Risman, cairan di otak bernama Dopamine itu berproduksi, membuat orang kencanduan. Jadi Ketika anak kecanduan, mereka ingin mempraktekannya, kenapa mereka ingin mempraktekannya, karena otak mereka belum bersambungan sempurna. Sedangkan otak bersambungan sempurna baru pada usia 25 tahun.

“Penelitian di amerika mengatakan bahwa pornografi itu merusak otak di bagian yang membedakan manusia dan binatang,” ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.

Menurut Pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati ini, darurat pornografi sudah terjadi sejak tahun 2007. Pada saat itu, Khofifah Indah Parawangsa saat belum menjadi menteri sosial bersama dengan ketua KPAI mencanangkan darurat pornografi. Namun saat itu masalah pornografi belum terlalu diperhatikan karena belum ada kasus-kasus yang mencuat ke muka publik.

“Saya sudah berteriak sejak tahun 2002, tahun 2007 saya ngomong di rumah Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu ada beberapa menteri. Saat ini sudah parah, sekarang pemerintah mau menyelamatkan negeri ini dari karam atau tidak karena anak-anak sudah begitu rusaknya,” tandasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement