REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah pasar di kabupaten Bandung akan segera direvitalisasi. Sebab, pasar-pasar tradisional yang ada di wilayah tersebut sudah tidak layak untuk dijadikan tempat berjualan.
"Kondisi pasar tradisional yang ada di kabupaten Bandung saat ini sudah tidak representatif, karena beberapa sarana dan prasarana sudah tidak layak," kata Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag), Kabupaten Bandung, Popi Hopipah, di Bandung, Selasa (10/2).
Popi mengatakan, setidaknya tahun ini ada dua pasar yang ditargetkan untuk direvitalisasi, dari depalan pasar yang dimiliki kabupaten Bandung. Beberapa di antaranya adalah pasar Soreang serta pasar Banjaran. "Maret nanti kita targetkan sudah lewati proses lelang," jelasnya.
Langkah revitalisasi tersebut, lanjut dia, dalam rangka meningkatkan daya saing para pedagang. "Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), makanya kita perbaiki pasar-pasar yang ada. Kalau tidak diperbaiki bagaimana bisa bersaing," katanya menambahkan.
Popi sendiri belum bisa menyebutkan berapa anggaran yang disediakan. Sebab, hal tersebut masih menunggu lelang. Terkait design pasar yang baru juga masih menunggu pemohon tender dari pihak swasta. "Nanti dipilih yang terbaik dan anggarannya realistis," paparnya.
Untuk kasus menumpuknya sampah dan buruknya jalan di pasar, Popi mengaku terus melakukan upaya koordinasi dengan dinas-dinas terkait, seperti dinas Bina Marga dan Dispertasih.
"Kalau soal sampah kan sebelumnya memang sedang ada masalah, makanya kita terus koordinasi dengan pihak terkait," jelasnya.
Sebelumnya, Disperindag membuat dua hanggar yang dibangun di pasar Baleendah. Hanggar tersebut dibangun dalam rangka merelokasi pedagang PKL di Pasar Dayeuhkolot yang hingga saat ini masih menyisakan sejumlah masalah. Anggaran yang digunakan pun menelan anggaran yang tidak sedikit.
"Anggaran yang digunakan sebesar RP 3,4 M untuk dua hanggar. Perbaikan drainase, bahkan turut dipasang CCTV," paparnya.