REPUBLIKA.CO.ID, DIFFA -- Pemerintah Niger, Selasa (10/2), memberlakukan keadaan darurat di kawasan Diffa sepanjang perbatasan dengan Nigeria, yang telah diserang berkali-kali oleh Boko Haram dalam beberapa hari terakhir.
Pengumuman itu dikeluarkan setelah menteri pertahanan negara itu meningkatkan kewaspadaan atas siatuasi di Diffa, tempat ia mengatakan warga setempat menyelamatkan diri karena takut akan terjadi kekerasan lebih lanjut.
"Keadaan darurat diberlakukan di kawasan Diffa selama kurun waktu 15 hari," menurut pernyataan yang dibacakan di radio negara. Langkah tersebut akan memberikan peningkatan kekuasaan bagi pasukan keamanan, termasuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan.
Niger telah terhindar dari kekerasan dalam pemberontakan Boko Haram selama enam tahun yang berpusat di bagian utara Nigeria, tetangga Niger, tetapi kelompok tersebut telah menyerang negara itu beberapa kali sejak pekan lalu.
Satu insiden yang melibatkan serangan oleh wanita pembom bunuh diri pada Senin, menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai beberapa orang lainnya, menurut laporan militer.
Serangan-serangan baru-baru ini terjadi berbarengan dengan pemungutan suara di parlemen Nigeria Senin untuk mengirim tentara ke Nigeria bergabung dengan aksi militer regional melawan Boko Haram. Parlemen Nigeri memutuskan dengan suara bulat menyumbang 750 prajurit.
Seorang wartawan yang berkantor di kawasan Diffa mengatakan kegiatan bisnis, kantor pemerintah dan sekolah tutup pada Selasa sementara warganya menyelamatkan diri. Sebanyak 125.000 orang mengungsi ke bagian tenggara Niger.
Lembaga pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa menyuarakan keprihatinan atas nasib para pengungsi.