Rabu 11 Feb 2015 13:15 WIB

Pengamat Apresiasi Regenerasi Kepemimpinan di Timor Leste

Xanana Gusmao
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Xanana Gusmao

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat hukum Internasional Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Welem Wetan Songa mengapresiasi regenerasi kepemimpinan di Timor Leste dari Xanana Gusmao ke mantan Menteri Kesehatan Rui Araujo menjadi perdana menteri baru negara itu.

"Kita apresiasi regenerasi di negara yang merdeka pada 1999 dan diharapkan pergantian dan keputusan mengangkat pejabat baru oleh Presiden Republik HE Taur Matan Ruak berdasarkan usulan partainya CNRT yang berkuasa itu membawa perubahan dalam aspek sosial masyarakat," katanya di Kupang, Rabu (11/2).

Dosen hukum internasional pada Fakultas Hukum Undana Kupang itu mengatakan hal itu terkait keputusan Presiden Timor Timur HE Taur Matan Ruak memilih mantan Menteri Kesehatan Rui Araujo menjadi perdana menteri baru negara miskin itu.

Araujo menggantikan pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao yang mundur pada pekan lalu untuk memungkinkan angkatan muda memimpin.

Xanana, 68, dan partainya CNRT yang berkuasa mengusulkan Araujo, meskipun dokter lulusan Selandia Baru itu dari partai lawan, Fretilin.

"Presiden republik ini menerima usul CNRT, partai pemenang pemilihan anggota parlemen lalu, yang mencalonkan Dr Rui Maria Araujo untuk jabatan perdana menteri," kata sebuah pernyataan pemerintah.

Presiden mengikuti undang-undang dasar dengan berembuk dengan semua partai di Parlemen Nasional dan Dewan Negara dan menurut undang-undang Nomor 07 tahun 2007 Timor Timur, masa bakti perdana menteri berakhir dengan pelantikan penggantinya oleh presiden.

Menurut Wetan Songa, regenerasi itu harus dipandang dalam perspektif penyegaran dan upaya memperbaiki tingkat dan derajat kesejahteraan sekitar 1,2 juta penduduk di negara bekas Provinsi ke-27 Indonesia dan keberlangjutan proses pembangunan menyeluruh di negara bekas kolonial Portugis itu.

"Tidak perlu dipersepsikan bahwa regenerasi kepemimpinan itu akibat adanya konflik kepentingan dalam negara itu, tetapi lebih pada perbaikan dan kemajuan negara baru itu ke depan," katanya.

Sebab, menurut dia, bagaimanapun maju dan mundurnya bangsa itu dalam berbagai aspek, dampaknya bisa saja ikut berdampak bagi bangsa Indonesia terutama yang berada di wilayah perbatasan kedua negara itu yaitu Nusa Tenggara Timur.

Ia sependapat dengan opini publik terutama dengan Cillian Nolan, wakil direktur pusat kajian, Lembaga Pengulasan Kebijakan Kemelut di Jakarta bahwa penunjukan Rui harus mengubah politik Timor Leste itu dengan mengantarkan masa baru kerja sama lintas partai.

Sebelumnya banyak yang percaya Xanana, yang menjadi perdana menteri pada Mei 2007 setelah menjabat presiden pertama, akan mempertahankan pengaruh di pemerintahan, tapi tidak jelas kemungkinan perannya.

Timor Timur berjuang mengembangkan perekonomian. Meskipun hasil gas bernilai miliaran dolar (triliunan rupiah), sekitar setengah dari 1,2 juta penduduk negara itu miskin, kata Bank Dunia.

Timor Timur mencoba lebih mengembangkan sumber daya alamnya untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan pemerintah.

Negara itu sedang dalam pembicaraan dengan Woodside Petroleum Australia untuk menyelesaikan sengketa puluhan tahun atas kegiatan Greater Sunrise, yang belum berkembang 40 tahun setelah ladang gas itu ditemukan.

Timor Timur masuk wilayah Indonesia pada 1975, setelah Portugal tiba-tiba menarik diri dari jajahannya tiga abad itu dan membiarkan perang saudara. Gabungan empat partai pihak terdesak kemudian meminta bantuan Indonesia.

Namun pada 1999, dengan bantuan PBB dan sekutunya, diadakan jajak pendapat yang berujung pada penentuan pendapat yang membawa Timor-Timur merdeka dan menjadi negara mandiri, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement