REPUBLIKA.CO.ID, PETAMBURAN -- Kapasitas saluran pembuangan air atau drainase mikro di Ibu Kota kurang memadai. Terbukti, saat hujan turun terus-menerus sejak Senin hingga Rabu (11/2), genangan banjir masih terus muncul di mana-mana.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono menjelaskan, drainase yang ada saat ini hanya dirancang untuk menampung curah hujan 50-60 milimeter per jam. "Sebetulnya kapasitasnya cukup, tapi karena hujannya terus-terusan jadi enggak tertampung, padahal curah hujannya tidak terlalu besar," katanya.
Menurut Agus, idealnya drainase di Jakarta berkapasitas 80 milimeter per jam. Saat ini, curah hujan di Jakarta semakin meningkat karena pengaruh iklim. "Dulu memang curah hujan di Jakarta hanya berkisar 50-60 milimeter per jam, jadi kapasitasnya dibuat segitu," ungkapnya.
Tidak hanya itu, drainase yang ada saat ini pun hanya berada di kedalaman 1,1 meter di bawah permukaan tanah. Padahal, menurut Agus pada kedalaman tersebut banyak terdapat jaringan pipa dan kabel. "Hal itu mengakibatkan sampah sering tersangkut, makanya drainase tersumbat dan meluap seperti sekarang."
Hujan yang mengguyur Jakarta menyebabkan sebanyak 107 lokasi tergenang banjir. Pada Rabu pagi, jumlah titik genangan berkurang setengahnya menjadi hanya sekitar 54 titik. Setelah diteliti, genangan timbul karena drainase tersumbat sampah dan pompa air di Waduk Pluit tak berfungsi.
"Kondisi itu diperparah kondisi air pasang yang tinggi di pantai utara Jakarta. Sehingga air hujan yang tak tertampung, makanya jadi melimpah ke jalan dan permukiman," jelasnya.