Kamis 12 Feb 2015 00:03 WIB

Ini Alasan Indonesia Jadi Sasaran Relokasi Industri Cina

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Cina
Bendera Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi Cina bisa mendatangkan berkah bagi Indonesia. Salah satunya peningkatan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.

Profesor ekonomi dari Melbourne Bussiness School Mark Crosby mengatakan, para pengusaha Cina mulai berpikir untuk merelokasikan usahanya ke negara berkembang. Ini dikarenakan biaya operasional di hampir semua industri di Cina sangat mahal.

"Indonesia punya kesempatan untuk merebut kessempatan ini terutama industri manufaktur. Apalagi, di Indonesia tersedia banyak tenaga kerja," kata Crosby dalam acara the Economist Indonesia Summit 2015 di Jakarta, Rabu (11/2).

Selain itu,  ada nilai tambah lainnya bagi investor untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Bukan rahasia lagi, Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk merupakan pasar yang seksi bagi investor.

Akan tetapi, ujar dia, pasar yang besar dan banyaknya tenaga kerja tidak serta merta membuat Indonesia menjadi pilihan utama relokasi industri Cina. "Ada hambatannya. Yaitu kurang memadainya infrastruktur," dia menambahkan.

Karena itu ia berharap agar pemerintah Indonesia saat ini benar-benar menggenjot pembangunan infrastruktur. Intinya, kata dia, Indonesia harus bisa memastikan bisa menjadi tempat yang tepat untuk menjalankan bisnis.

"Selain Indonesia, Cina juga melirik relokasi industri ke Vietnam, Bangladesh, dan India," kata dia.

Perwakilan IMF untuk Indonesia  Bennedict Bingham menyarankan pemerintah Indonesia untuk lebih kreatif dalam bermain di pasar global. Jangan hanya mengandalkan sektor manufaktur, tetapi juga sektor agrikultur dan jasa. "Itu bisa membantu Indonesia mengejar target pertumbuhan 7 persen," kata Bingham.

Dia mengatakan target pertumbuhan 7 persen bukan hal mustahil bagi Indonesia.  Tapi juga bukan perkara mudah. "Ini bukan seperti lari 100 meter. Ini jarak yang sangat panjang," ungkapnya.

Bingham mengatakan hal penting yang juga harus dilakukan Indonesia adalah memperkuat fundamental ekonomi sehingga investor memiliki keyakinan untuk menanamkan modalnya. Menurut dia, upaya pemerintah memperbesar ruang fiskal untuk pembangunan infrastruktur merupakan salah satu cara memperkuat fundamental ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement