REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Partner Transaction Support and Corporate Finance RSM AAJ Wiljadi Tan mengatakan, bank lokal harusnya lebih siap karena sudah memiliki cukup segmentasi di pasar lokal. Sedangkan bank asing masih butuh waktu untuk menggarap pasar Indonesia.
Namun, pemerintah diminta memikirkan agar bank-bank lokal tidak hanya menguasai pasar lokal, tapi juga bisa berekspansi di Asean. Wiljadi Tan menyarankan perbankan nasional dikonsolidasikan.
“Bank berkembang secara organik membutuhkan waktu dan kita tidak punya waktu banyak. Saat ini terlalu banyak bank di Indonesia," tambahnya.
Menurut Wiljadi Tan, pemerintah sebagai pemegang saham seharusnya lebih mudah melakukan konsolidasi perbankan antara bank bumn. "Kita sudah punya API (Arsitektur Perbankan Indonesia), sudah dirumuskan bank-bank tier 1 dan 2, bank internasional dan regional. Namun implementasinya sulit," ujarnya.
Menurutnya, dengan atau tanpa MEA, Indonesia tetap memerlukan konsolidasi perbankan. Salah satu tujuannya untuk menghindari inefisiensi.
Data Bloomberg menunjukkan, per Desember 2013 pangsa pasar asset bank BUMN menyusut tinggal 36,7 persen dari 49,4 persen pada 1999. Di sisi lain, aset bank asing joint venture maupun bank swasta nasional yang dimiliki asing naik dari 11,6 persen menjadi 36,5 persen.
Pangsa pasar kredit bank BUMN juga menyusut dari 53,2 persen menjadi 36,6 persen, sedangkan pangsa pasar bank asing, joint venture maupun bank umum swasta nasional yang dimiliki asing naik tajam dari 20,3 persen menjadi 35,1 persen.
Selain itu, penetrasi bank asing juga terlihat dari dominasi cabang bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia. Kantor cabang bank asing mencapai 43,4 persen dari total cabang bank-bank beroperasi di Indonesia.