REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Utusan PBB untuk Yaman, Jamal Benomar dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Kamis (12/2) lalu, menyampaikan laporan mereka mengenai kondisi terakhir di Yaman pada Dewan Keamanan PBB. Mereka menyatakan, negara tersebut diambang perang saudara dan disintegrasi.
Berbicara dari Sanaa, Benomar mengatakan pada dewan ketidakstabilan di Yaman menciptakan kondisi yang kondusif untuk Al Qaidah di selatan Yaman membangun pijakan baru. Ia juga menuduh semua faksi di Yaman berkontribusi terhadap kekacauan politik dan ekonomi di negara itu.
"Kami percaya situasinya sangat berbahaya. Yaman berada di ambang perang saudara," kata Benomar pada News Channel Al-Arabiya.
Pernyataan Benomar disampaikan beberapa jam setelah para pejabat militer Yaman mengatakan, militan Al Qaidah menguasai sebuah pangkalan militer penting di Selatan. Yaman selama ini merupakan rumah bagi cabang Al Qaidah paling berbahaya di Semenanjung Arab.
Benomar menambahkan, negosiasi untuk penyelesaian konflik telah menghasilkan kemajuan, namun masih rumit. Yaman kini di persimpangan jalan, diambang perang saudara dan disitegrasi atau akan menemukan cara menempatkan kembali transisi ke jalurnya.
Menurut dia, keputusan Houthi mengambil alih kepemimpinan dilakukan secara sepihak. Ia menyerukan semua pihak untuk kembali pada dialog untuk menyelesaikan krisis. Benomar juga memperingatkan jika penyelesaian politik tak dicapai dalam beberapa hari mendatang, maka akan berimbas pada mata uang lokal.
"Kami tak akan meninggalkan Yaman dan akan tetap bersama Yaman sampai kesepakatan politik dan roadmap tercapai," tambahnya.
Sekjen PBB, Ban Kimoon juga menyampaikan hal senada, ia mengatakan Yaman "runtuh didepan mata kita". Ban memperingatkan kecenderungan peningkatan separatis di selatan Yaman, yang pernah menjadi bangsa terpisah. Menurutnya, Yaman dilanda krisis kemanusiaan, di mana 61 persen penduduknya membutuhkan bantuan.
"Yaman runtuh di depan mata kita. Kita tak bisa hanya berdiri dan menonton. Kita harus melakukan sesuatu untuk membantu Yaman keluar dari tepi jurang dan menempatkan kembali transisi politik ke jalurnya," ujar Ban.
Ia menambahkan, kini fokus utamanya adalah membantu Yaman membangun kembali otoritas pemerintahan yang sah sesegera mungkin. Ban juga menuntut Houthi segera membebaskan mantan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Pada Januari, lalu, pemberontah Houthi menahan Hadi dan menteri kabinetnya dalam tahanan rumah. Ini membuat mereka akhirnya mengundurkan diri. Selanjutnya, Houthi membubarkan parlemen dan menyatakan mereka mengambil alih pemerintahan.