REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemain sinetron Eddies Adelia mengatakan, hari valentine yang jatuh setiap 14 Februari cenderung dirayakan oleh remaja yang senang mengikuti tren.
Padahal, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui hakekat dan sejarah dari hari valentine itu sendiri.
"Memang anak muda ini dari ketidaktahuan, lalu ikut-ikutan kemudian merayakan tanpa mereka ketahui bahwa sesunggunya valentine adalah budaya barat terutama yahudi," jelasnya, saat dihubungi Republika Online, Jumat (13/2).
Eddies mengaku, hal itu juga pernah terjadi pada dirinya sendiri ketika masih remaja. Menurutnya, anak-anak sekolah biasanya hanya tahu mengenai valentine melalui majalah-majalah remaja.
Di dalam majalah, kata dia, sering dituliskan mengenai pernak-pernik valentine yang membuat anak muda menjadi tertarik untuk merayakan. Akhirnya perayaan tersebut menjadi budaya yang mudah diikuti remaja.
"Waktu zaman sekolah itu, valentine diperkenalkan oleh majalah-majalah langganan," ujar Eddies.
Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu agama, Eddies lebih paham bahwa valentine merupakan budaya luar yang sebenarnya tidak layak diadopsi di Indonesia. Menurutnya, kasih sayang sudah seharusnya dibagikan setiap hari kepada orang-orang yang dicintai.
"Hanya saja merayakan valentine itu hak siapapun, terutama bagi non-Muslim, kita hanya saling mengingatkan," kata dia.