Sabtu 14 Feb 2015 08:37 WIB
Kontroversi Valentine

MUI Apresiasi Sejumlah Pemda Larang Perayaan Valentine

Rep: C14/ Red: Yudha Manggala P Putra
Valentine (ILustrasi)
Foto: VOA
Valentine (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap tanggal 14 Februari, orang-orang, bahkan sebagian kaum muda Muslim, kerap merayakan budaya asing bernama Hari Valentine. Padahal, perayaan Valentine tidak bermakna Islami dan berbudaya kebangsaan. Malahan, pada hari Valentine, kerap terjadi peningkatan jumlah tindakan asusila, semisal hubungan seks di luar nikah.

Hal itu antara lain ditegaskan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Demikian pula, MUI mengapresiasi sejumlah pemimpin daerah yang telah membuat imbauan tertulis mengenai larangan merayakan Valentine. Daerah-daerah itu, antara lain, Kota Padang (Sumatera Barat), Kota Makassar (Sulawesi Selatan), Mataram (Nusa Tenggara Barat), dan Kota Surabaya (Jawa Timur).

"Terima kasih kita kepada Walikota Surabaya, Padang, Makassar, Mataram, dan (para) kepala daerah tingkat dua lainnya, yang telah melarang perayaan hari Valentine. Sikap ini jelas sangat patut kita puji karena memiliki nilai edukasi yang luhur," ujar Pjs Ketua Bidang Pendidikan MUI, Buya Anwar Abbas, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu (14/2) di Jakarta.

Buya Anwar juga menegaskan, imbauan sejumlah pemimpin daerah itu seyogianya menyadarkan umat Islam Indonesia, terutama generasi muda, untuk kritis dan tidak larut dalam gegap gempita budaya Barat.

"(Hari) Valentine jelas-jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa kita yang tidak mengenal (permisif terhadap) pergaulan bebas," lanjut Buya Anwar Abbas.

Terakhir, Buya Anwar berharap, seluruh elemen masyarakat memberikan pendekatan berupa nasihat dan pemahaman kritis terhadap para anak muda akan bahaya budaya asing. Itu agar terutama para orang tua aktif mengawasi penetrasi sisi negatif budaya Barat kepada diri anak-anak mereka.

"Kita berharap agar seluruh anggota masyarakat juga ikut mengawasi dan berkontribusi positif bagi tegak dan berjalannya keputusan para kepala daerah ini. Kita yakin hanya dengan kerjasama yang baik, antara pemerintah dan masyarakat, akan dapat mewujudkan akhlak dan moral yg mulia," kata Buya Anwar Abbas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement