Sabtu 14 Feb 2015 15:50 WIB
Kongres Umat Islam Indonesia

Risalah Yogyakarta Respons Umat Islam Hadapi Tantangan Global

Rep: c14/ Red: Agung Sasongko
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di  Yogyakarta, Rabu (11/2).   (Antara/Noveradika)
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di Yogyakarta, Rabu (11/2). (Antara/Noveradika)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI --  Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menilai, Risalah Yogyakarta dapat menjadi sebuah acuan bersama, baik bagi umat Islam Indonesia, penyelenggara negara, maupun khususnya ormas-ormas Islam. Itu agar, seluruh komponen umat Islam siap menghadapi tantangan global.

"Saya pikir, (Risalah Yogyakarta) itu bisa jadi acuan kita bersama, khususnya ormas-ormas Islam. Yakni, tentang bagaimana mengantisipasi tantangan-tantangan global," ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin di sela-sela acara rapat dan seminar internasional dari Internasional Muslim Women Union (IMWU) di Bekasi, Sabtu (14/2).

Selanjutnya, Menag juga mengharapkan, Risalah Yogyakarta tidak hanya dipandang sebagai sebuah hasil kongres belaka, melainkan sebagai peneguhan komitmen umat Islam Indonesia dalam merespons persoalan-persoalan keumatan. Menag menekankan pula, ormas-ormas Islam seyogianya menjadi motor penggerak realisasi butir-butir rekomendasi KUII Keenam serta Risalah Yogyakarta.

"Karena KUII Keenam diikuti tidak hanya oleh tokoh-tokoh umat Islam, tapi juga ormas-ormas Islam. Jadi itu peneguhan sekaligus menegaskan komitmen kita dalam menyikapi persoalan keumatan," ucapnya.

Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI menghasilkan sebuah dokumen historis, yakni Risalah Yogyakarta. Risalah itu terdiri atas tujuh poin pernyataan para peserta kongres, yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 8-11 Februari 2015 ini.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement