REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Bagi sebagian besar nominator Oscar, minggu-minggu sebelum puncak acara pada 22 Februari mendatang merupakan saat-saat menegangkan.
Namun Laura Poitras, yang masuk nominasi untuk film dokumenter terbaik "Citizenfour", menegaskan ini ibarat melakukan jalan sehat --dibandingkan dengan apa yang telah ia lalui untuk sampai titik tersebut.
Ketika bekas konsultan Badan Keamanan Nasional (NSA) Edward Snowden yang mengungkap masifnya operasi pemantauan intelijen AS menghubunginya, sineas tersebut menemukan bahwa hidupnya telah berubah seperti novel mata-mata.
Saat paling berisiko adalah ketika ia akan bertemu dengan Snowden di Hongkong bersama wartawan Glenn Greenwald, orang kedua yang dihubungi Snowden.
"Saya mengambil beberapa langkah jaga-jaga yang sangat ekstrim," katanya seraya menambahkan bahwa ia mempunyai komputer terpisah yang hanya digunakannya di tempat umum. Ia menjelaskan, kepada AFP selama setahun tak membawa telepon seluler ketika melakukan reportase dokumenter ini.
Periode inilah yang diceritakan dalam "Citizenfour", judul film yang merujuk pada nama samaran yang digunakan Snowden saat mengontak dia. Poitras sudah memenangi sejumlah penghargaan atas film "Citizenfour", termasuk penghargaan BAFTA untuk kategori film dokumenter terbaik.
Dorong kepedulian
Ia meyakini bahwa pengungkapan Snowden, yang mengantarkan dua wartawan Guardian dan Washington Post yang meliputnya memenangi hadiah Pulitzer, membantu mendorong kepedulian atas apa yang dilakukan pemerintah untuk mengumpulkan informasi dan risiko yang mereka hadapi.
"Orang menggunakan lebih banyak sandi. Google menggunakan lebih banyak sandi server mereka. Orang mungkin akan lebih berhati-hati dengan informasi mengenai mereka," katanya. Di atas semua itu, pengungkapan tersebut menggarisbawahi bahwa badan-badan intelijen menjadi di luar kendali dan gerak mereka lebih cepat dari undang-undang yang mengatur mereka.
"Citizenfour", bagian ketiga dari trilogi mengenai perang pemerintah AS melawan terorisme, diproduksi bersama Steven Soderbergh dan disunting oleh penyunting Prancis Mathilde Bonnefoy. Film ini memperlihatkan Snowden yang menjelaskan kepada Poitras, Greenwald, dan wartawan Guardian Ewen MacAskill, sistem mata-mata yang dikenal sebagai Prism US, yang memantau data dan komunikasi NSA.
Film juga menunjukkan bagaimana Snowden yang berusia 31 tahun itu begitu paranoid pada kamera dan telepon.
Tirai-tirai hotel ditutup dan ia selalu stres saat ada suara keributan. Selain itu juga melihat Snowden menjelaskan motivasinya, kekhawatirannya mengenai pacarnya yang dilecehkan, rasa bersalah telah lari dari AS tanpa memberitahunya, dan kemudian bersatu kembali dengannya di Rusia.
Snowden masih tetap menjadi buron AS dan tinggal di Moskow. "Motivasi film ini adalah untuk menceritakan apa yang terjadi, apa motivasi dan kenapa ia mengambil risiko," kata Poitras.