Ahad 15 Feb 2015 05:42 WIB

Jadi Etnis Terbesar Kedua, Orang Sunda Didorong Berkontribusi Bagi Negara

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indah Wulandari
 Seorang siswa SMA mengenakan ikat kepala khas Sunda (Totopong) saat kegiatan Rebo Nyunda di Aula SMA Mardiyuana, Kota Bogor, Jabar, Rabu (22/14). (Antara/Arif Firmansyah)
Seorang siswa SMA mengenakan ikat kepala khas Sunda (Totopong) saat kegiatan Rebo Nyunda di Aula SMA Mardiyuana, Kota Bogor, Jabar, Rabu (22/14). (Antara/Arif Firmansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tokoh Sunda didorong agar maju ke pentas nasional agar berkontribusi dalam pembangunan negara.

“Sebagai etnis kedua terbesar di Indonesia, suku Sunda kontribusinya untuk Tanah Air dari zaman dulu sudah jelas dan terlihat," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sabtu (14/2).

Menurutnya, hal itu harus dilakukan karena jumlah sekitar 45 juta orang dari total jumlah penduduk di Indonesia. Selain itu, diperkirakan 6 juta etnis Sunda tinggal tersebar di seluruh daerah di Indonesia.

Aher mengatakan, ketika era sebelum kemerdekaan RI banyak tokoh Jawa Barat yang hadir atau memberikan kontribusi di kancah nasional. Sebagai contoh, mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin yang ternyata dari Sumedang, Jawa Barat.

Ada pula Ir H Juanda dengan Deklarasi Djuanda sebagai awal kejayaan maritim Indonesia begitu juga dengan Otto Iskandardinata.

Selain itu, kata Heryawan, 80 persen pergerakan yang bersifat nasionalis dan agamis di Indonesia terlahir di Bandung, Jawa Barat. ''Pada saat yang bersamaan banyak tokoh nasional dari Jabar yang muncul ke permukaan saat itu," katanya.

Terkait lahirnya Forum Komunikasi Masyarakat Sunda Pangumbaran/Pengembara (Formas), menurut Heryawan, bukan untuk memunculkan aspek kesukuan. Namun, untuk mempertegas masyarakat atau etnis Sunda di Indonesia.

Ia pun berharap semua paguyuban orang Sunda agar tidak memisahkannya dengan Jabar dan Banten. "Nggak ada perbedaan antara Jabar dan Banten," katanya.

Sementara menurut Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi menyambut baik pembentukan Formas agar masyarakat Sunda di perantauan bisa bersatu.

Didi berharap, forum ini bisa melakukan reaktualisasi politik dengan memiliki keberanian untuk bersaing secara terbuka dengan aspirasi etnis lokal lainnya.

''Forum ini, harus memposisikan dirinya sebagai lembaga yang paling tahu seluk beluk Tatar Sunda,'' katanya.

Selain itu, Didi berharap ke depan forum ini bisa mendorong tokoh Sunda agar memiliki keberanian untuk menentukan pilihan. Serta, harus memberikan kontribusi terhadap kepentingan lokal dan nasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement