REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Perayaan Valentine Day atau dikenal dengan hari kasih sayang ternyata mulai mendapat penolakan yang masif dari sebagian masyarakat.
Seperti yang dilakukan para siswa SMU Negeri 1 Kabupaten Maros, Sulsel yang turun ke jalan membawa poster penolakan perayaan Valentine karena dinilai merusak budaya dan mengantinya menjadi Hari Jilbab Nasional.
"Lebih bagus kita ganti sebagai hari jilbab nasional karena budaya kita bukan budaya mereka (Barat)," papar Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMUN 1 Maros Rezki Nur Rachmat.
Menurut dia, budaya Timur yang dianut tidak menganjurkan adanya hari kasih sayang yang dibuat-buat. Sebab kasih sayang dapat diberikan kapan saja tanpa penentuan hari.
"Banyak anak muda salah mengartikan apa itu kasih sayang, padahal kasih sayang kapan bisa kita berikan kepada orang yang kita cintai," ujarnya.
Di masa modern ini, kata dia, banyak anak muda terjebak dengan pergaulan bebas bahkan memberikan kesuciannya kepada pasangan mereka padahal itu adalah perbuatan dosa atau zina.
"Sebaiknya kawan-kawan tidak merayakan Valentine. Kita ini bangsa beradab dan punya aturan dalam Islam," katanya.
Secara terpisah, tepat di di hari kasih sayang, puluhan siswa SMU Negeri 5 Makassar menggelar kegiatan sosial mengumpulkan bantuan dana untuk dibagikan ke fakir miskin dan panti jompo.
Mereka memberi kegiatan tersebut bernama Gerakan Peduli Kasih Sayang Kota Makassar atau Geps Day dan menyalurkan bantuan ke panti jompo di wilayah kota Makassar.
"Kami membagikan sembako dan bantuan dana sekedarnya ke beberapa panti jompo serta beberapa warga miskin. Meskipun tidak banyak tapi yang kami lakukan adalah kegiatan positif," ucap Ketua OSIS SMUN 5 Makassar, Fathul.
Sebelumnya, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menegaskan melarang perayaan Valentine di Makassar karena tidak sesuai budaya Timur. Bahkan pihaknya telah melakukan inspeksi mendadak pada suvenir termasuk coklat valentine diduga disisipkan kondom.