REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa penembakan yang menewaskan tiga mahasiswa muslim di Chapel Hill, Carolina Utara, Amerika Serikat pada 10 Februari lalu, memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menilai fator kebencian terhadap Islam, adalah pemicu utama peristiwa itu.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri (HLN) PP KAMMI, Sofyardi Rahmat meyakini bahwa tempat parkir bukan faktor utama penyulut kemarahan si pelaku penembakan. Sebaliknya, faktor kebencian adalah pemicu utama insiden pembunuhan itu.
Ia melanjutkan menengarai pemberitaan berbagai media AS yang menyebutkan Islam sebagai bagian dari aksi terorisme adalah salah satu latar belakang insiden tersebut.
"Pemberitaan itu mengakibatkan orang-orang non muslim ataupun warga AS lainnya menjadi takut dan membenci orang-orang Islam," katanya, Ahad (15/2).
Oleh karena itu, KAMMI berharap media-media AS atau lainnya tidak menerapkan standar ganda dan menghentikan pemberitaan yang memojokkan Islam.
"Selain itu, KAMMI juga meminta Presiden Obama untuk bertindak tegas kepada pelaku penembakan dan lebih proaktif menghentikan islamofobia di AS," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Craig Stephen Hicks (46) melakukan penembakan terhadap tiga mahasiswa muslim yang studi di University of North Carolina. Hicks kemudian dikabarkan menyerahkan diri kepada polisi pada Selasa (10/2) waktu setempat. Kini, ia ditahan di penjara Durham County Jail.
Ketiga mahasiswa muslim yang menjadi korban ialah Deah Shaddy Barakat (23), istri Deah bernama Yusor Mohammad (21), dan saudari Deah, Razan Mohammad Abu-Salha (19). Ketiganya ditemukan tewas ditembak di sebuah kompleks pemukiman sekitar 3 km dari kampus mereka.