REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri pada Sabtu (14/2), menyerukan kelompok militan Hizbullah untuk menarik diri dari Suriah. Dia juga mengatakan keterlibatan kelompok tersebut dalam perang saudara yang terjadi di Suriah telah menjadi bumerang bagi Lebanon.
Hariri yang telah kembali ke Lebanon dari pengasingan dikenal sebagai kritikus tajam terhadap Hizbullah dan Presiden Suriah Bashar Assad.
Dalam pidato untuk menandai peringatan sepuluh tahun tewasnya ayahnya, Rafik Hariri mengatakan, keterlibatan Hizbullah dengan apa yang terjadi di Suriah dapat membahayakan negaranya. Rafik Hariri tewas dengan 21 orang lain dalam bom truk besar di Beirut pada 14 Februari 2005.
Menurut dia, pengiriman pejuang Hizbullah untuk mendukung pasukan Assad akan berdampak buruk bagi Libanon. Assad sendiri, lanjutnya, anggota dari sekte Alawite, sebuah cabang dari kelompok Syiah. "Tarik diri dari Suriah dan hentikan menyeret konflik dari Suriah ke negara kita, karena besok dari kita tidak tahu di mana konflik akan terjadi," ujarnya.
Dilaporkan AP, Ahad (15/2), komentar Hariri datang setelah tentara Suriah dan Hizbullah melakukan serangan di Dataran Tinggi Golan dalam upaya untuk menangkap kelompok pemberontak.
Ayah Hariri adalah politisi Sunni paling menonjol di Lebanon. Sebuah pengadilan PBB meminta lima anggota Hizbullah yang diduga sebagai pelaku pengeboman ayahnya diadili. Namun, kelompok itu tidak mau mengabulkan permintaan tersebut.
Hariri mengatakan, penolakan Hizbullah untuk menyerahkan para tersangka adalah alasan utama di balik ketegangan Sunni-Syiah di negara itu.
Kunjungannya ke Lebanon adalah kunjungan keduanya setelah empat tahun berada di pengasingan. Hariri pernah mengunjungi Lebanon pada Agustus tahun lalu. Dia meninggalkan Lebanon pada Januari 2011.