REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pendiri IMWU, Su'ad Al-Fatih dari Sudan, mengatakan konsep kesetaraan Gender yang dianut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sangat berbeda dengan konsep kesetaraan Gender yang sesuai dengan agama Islam.
Dalam Islam, kata Su’ad, Allah SWT tidak membeda-bedakan manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. Sebab di dalam Alquran, kata Su’ad, Allah SWT hanya membedakan manusia dari tingkat ketaqwaannya.
“Ukuran manusia adalah tergantung taqwanya,” kata Su’ad di Plaza Universitas Islam Assyafiiyah, Jalan Raya Jatiwaringin No.12 Pondok Gede, Bekasi, Ahad (15/2).
Sementara PBB, kata Su’ad, membuat konsep kesetaraan Gender dengan menganggap laki-laki dan perempuan sama dalam semuanya.
Hal ini menurut Su’ad tidak sesuai dengan konsep Islam karena Allah SWT telah menciptakaan manusia yaitu laki-laki dan perempuan berdasarkan peran masing-masing yang berbeda.
“Tidak persis sama antara laki-laki dan perempuan. Harus saling mengisi dan dipersatukan. Tidak sama seutuhnya seperti yang PBB bilang,” ucap Su’ad.
Dengan adanya pembedaan antara-laki-laki dan perempuan dalam Islam tersebut, IMWU, kata Su’ad, berpadangan hal tersebut bukan berarti perempuan Muslimah tidak dapat memberikan peran besar dalam kehidupan bersama.
Perempuan Islam, kata dia, justru mesti dapat memberikan peran yang tidak hanya di rumah untuk keluarga, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat banyak, atau bahkan untuk berperan dalam urusan negara.
Ia pun mencontohkan peran perempuan Muslim saat perang di zaman nabi. Saat itu kaum perempuan ikut membantu dengan menyediakan suplai makanan kepada tentara Islam yang berperang bersama nabi.
“Alquran membedakan laki-laki dan perempuan dengan cara positif sesuai dengan peran masing-masing,” ujarnya.