REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Shaza Barakat, seorang kerabat Deah Barakat di Turki menyampaikan kekagumannya terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang berkomentar keras terhadap pembunuhan keji terhadap tiga mahasiswa Muslim di North Carolina, AS.
Deah Barakat bersama istrinya Yusor Abu-Salha dan adiknya iparnya, Razan, secara brutal ditembak mati oleh Craig Stephen Hicks di Chapel Hill, North Carolina.
Shaza mengkritik negara-negara Muslim yang dinilainya tidak memiliki sikap bersatu mendukung umat Islam.
"Sayangnya, negara Muslim tidak bersatu untuk anak-anak di Suriah, Gaza, Damaskus, Ghouta, Aleppo atau Homs," ujar Shaza, seperti dilansir Anadolu, Senin (16/2).
"Para Muslimah di AS merasa tidak aman, terutama mereka yang mengenakan jilbab dan bertanya pada diri sendiri apakah mereka mungkin akan memiliki nasib yang sama seperti Yusor dan adiknya Razan," lanjutnya.
Shaza juga mengecam pernyataan Kepolisian AS yang mengatakan bahwa tragedi itu dipicu sengketa parkir semata.
"Mungkinkah ada kasus konyol membunuh seluruh keluarga untuk sengketa seperti itu?" tanyanya.
Ia mengatakan bahwa Deah adalah orang yang gemar membantu dan tidak pernah membenci siapa pun namun harus mengakhiri hidup dengan cara yang tidak berperikemanusiaan.
Shaza sendiri bekerja di bantuan kemanusiaan sejak perang di Irak dan juga di kapal Mavi Marmara untuk mematahkan blokade Israel di Gaza.
Setelah revolusi Suriah dimulai, dia pergi ke Turki, dimana ia bekerja sebagai guru bahasa Arab. Kata dia, anaknya dibunuh oleh rezim Suriah. Dia juga mengatakan bahwa orang tua Deah adalah sepupunya dan pindah ke AS 23 tahun silam.