REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana untuk menggenjot pengembangan energi baru terbarukan dalam lima tahun ke depan. Salah satu targetnya adalah pengembangan bahan bakar nabati atau biofuel.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Ridha Mulyana mengatakan bahwa pemerintah melalui APBN P 2015 telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 2 triliun untuk pengembangan energi baru terbarukan.
"Dua triliun itu termasuk untuk bahan bakar nabati. Di luar itu, akan lebih banyak untuk pencapaian target 35 ribu megawatt listrik pada 2019 nanti," jelas Ridha saat dihubungi, Selasa (17/2).
Sebelumnya, Kementerian ESDM melalui Dirjen EBTKE mengungkapkan bahwa beberapa kendala yang menghambat pengembangan energi terbarukan dalam kaitannya untuk produksi listrik dan energi baru lainnya, antara lain, pertama adalah harga jual energi fosil, misalnya minyak bumi, solar, dan batubara, di Indonesia masih sangat rendah.
Selain itu, rekayasa dan teknologi pembuatan sebagian besar komponen utamanya belum dapat dilaksanakan di Indonesia, jadi masih harus impor. Selanjutnya adalah biaya investasi pembangunan yang tinggi menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal.
Kendala lainnya adalah belum tersedia data potensi sumberdaya yang lengkap, karena terbatasnya studi yang dilakukan. Terakhir, yaitu kelima kontinuitas penyediaan energi listrik rendah, karena sumberdaya energinya sangat bergantung pada kondisi alam yang perubahannya tidak menentu.