REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan tidak ada tekanan politik terkait kebijakan penurunan suku bunga acuan (BI rate) yang baru saja dilakukan oleh Bank Indonesia.
"Tidak ada tekanan politik. Ini (penurunan BI rate) adalah hasil dari kajian Bank Indonesia," ujar Agus saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (17/2).
Sebelumnya, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla sempat menyebutkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) saat ini relatif tinggi. Jusuf Kalla mengharapkan BI rate dapat turun sehingga suku bunga perbankan dapat lebih rendah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, pihaknya melihat ekspektasi inflasi ke depan bisa berada di level bawah dari sasaran BI yakni 3-5 persen.
Selain itu, perubahan kebijakan energi yang dilakukan pemerintah juga menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga acuan.
"Ketika November ada kenaikan harga BBM tapo tidak dikaitkan dengan kebijakan fixed subsidy. Selain itu, sekarang kan tiap bulan pemerintah lakukan adjustment (terhadap harga BBM). Harga minyak juga turun signifikan kan," kata Mirza.
Mirza menilai, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan saat ini masih sejalan dengan kehati-hatian Bank Indonesia untuk tetap menjaga defisit neraca transaksi berjalan dalam tingkat yang sehat.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia baru saja memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps, dari sebelumnya 8 persen menjadi 7,5 persen.
Bank Indonesia juga memutuskan suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 5,5 persen dan Lending Facility tetap pada level 8 persen, berlaku efektif sejak 18 Februari 2015.