REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ratusan warga Desa Purwobinangun dan Desa Giritirto di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, memblokir Jalan Turgo di perbatasan dua desa itu. Mereka menolak aktivitas penambangan liar menggunakan alat berat di lahan pertanian.
Mereka juga menghadang truk pengangkut pasir dengan memblokir pertigaan jalan Dusun Candi Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem Sleman dan mengelar sidang rakyat, membentangkan spanduk menolak penambangan pasir yang merusak lahan produktif, serta daerah resapan air.
"Penambangan pasir dengan alat berat telah terjadi sejak empat bulan lalu. Masyarakat resah karena kawasan lereng Gunung Merapi menjadi rusak," kata warga Dusun Candi, Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Basuki (51 tahun), Selasa (17/2).
Menurut dia, setiap siang dan malam truk pasir melintas di jalan Dusun Candi Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, mencapai lebih dari 800 truk. Ia mengatakan penambangan dengan alat berat telah membuat lubang cukup dalam sehingga mengurangi resapan air.
"Akibatnya mata air di sekitar lereng Selatan khusunya wilayah Dusun Candi dan debitnya sudah mulai berkurang. Dalam lubang rata-rata sampai sekitar 20 meter. Lereng Merapi merupakan daerah resapan, kalau rusak lalu apa anak cucu kita akan kesulitan mencari air," katanya.
Basuki mengatakan warga merasa resah apalagi di lokasi penambangan dijaga preman-preman. Mereka sering mengancam warga yang protes penutupan penambangan. Akibat pemblokiran ini, ratusan truk pasir terpaksa berhenti karena tidak bisa lewat.