REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, Pipip Rifai Hasan menganggap media asing yang enggan memberitakan kesuasahan yang dialami umat Islam terutama kasus Chapell Hill karena aib. Menurutnya, media menilai peristiwa itu seperti membuka aib mereka yang sebenarnya.
Dalam hal ini, pada hakikatnya mereka juga memiliki kalangan ekstrim di negaranya. “Mereka juga menganggap berita seperti pengrusakan masjid sebagai berita yang menarik,” ungkap Pipip kepada ROL, Selasa (17/2).
Pipip menjelaskan, kondisi buruk yang dialami Muslim barat tidak menarik dibandingkan saat orang Yahudi memperoleh perlakuan buruk. Misalnya, penyerangan Siangog atau menulis Nazi di toilet pun bisa menjadi berita besar bagi mereka. Karena bagaimanapun juga, media massa asing memang banyak dikuasai oleh kaum Yahudi.
Agar Islamofobia bisa menghilang, Pipip menyarankan agar umat Islam mengubah prilaku yang dimilikinya. Menurutnya, umat Muslim barat juga harus memberikan pengertian terhadap tempat yang mereka tinggali. Maksudnya, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan aturan dan kondisi duian barat.
“Misalnya saja kita tidak bisa memaksa orang barat untuk memperlakukan Rasulullah SAW sebagaimana orang Islam bersikap,” ungkap Pipip.
Selain itu, umat Muslim barat juga perlu mempelajari hukum yang ada. Ini dilakukan agar umat Muslim bisa memahami jalur hukum apabila mereka mendapat pelecehan dari umat lain. Sehingga, dia menambahkan, umat Muslim tidak harus memberikan respon kekerasan dalam menyikapinya.
Pipip mengaku memang agak sulit mengubah tabiat respon umat Muslim barat di saat menyikapi pelecehan dari umat lain. Namun, menurutnya, sikap jalur hukum lebih baik untuk dipelajari umat Muslim di barat saat ini. Ini dilakukan agar sebutan ‘kekerasan’ terhadap Islam bisa menghilang.
Menurut Pipip, peran negara Islam juga perlu dilakukan untuk mengurangi fenomena itu. Misalnya, pemerintah Indonesia meminta negara barat untuk bisa menghormati nilai-nilai agama manapun terutama Islam.