REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia perlu mengejar ketinggalan dari negara-negara maju dalam hal penerapan teknologi canggih, Perdana Menteri Dmitry Medvedev mengatakan pada Selasa.
Pada pertemuan dewan kepresidenan untuk modernisasi ekonomi dan inovasi yang diadakan di Republik Chuvash sepanjang sungai Volga, Medvedev mengakui bahwa negara itu jatuh di belakang pesaing negara-negara maju paling berteknologi canggih di pasar global.
Pada 2013, Rusia di peringkat ketujuh dalam jumlah penemuan yang dipatenkan secara domestik tetapi hanya ke-25 dalam jumlah paten yang diakui secara internasional, kata Medvedev.
Mengakui bahwa Rusia menggunakan lebih banyak teknologi asing daripada paten dalam negeri, perdana menteri mengatakan "impor kekayaan intelektual melebihi ekspor sebesar sebelas kali."
"Itu ciri kami berada ditempat moderat di pasar teknologi tinggi dunia, atau tingkat tertentu dari keterbelakangan teknologi, jujur," sebuah pernyataan pemerintah secara daring mengutip Medvedev.
Perdana menteri menunjuk perusahaan energi atom milik negara Rusia Rosatom dan Skolkovo Innovation Center, Rusia Silicon Valley yang terletak di Moskow, sebagai contoh proyek kekayaan intelektual yang berhasil.
Untuk mempertajam daya saing penemuan Rusia di luar negeri, Medvedev menyerukan mempercepat ratifikasi partisipasi Rusia dalam Perjanjian Den Haag Mengenai Deposit Desain Industri Internasional, sebuah mekanisme yang bertujuan untuk perlindungan kekayaan intelektual.
Dia juga meminta untuk menghapus hambatan birokrasi dan fiskal serta pembatasan kekayaan intelektual.
Di bawah tekanan eksternal dan sanksi yang dikenakan oleh Barat atas "keterlibatannya" dalam krisis Ukraina, Rusia telah mengarahkan ekonomi ke arah yang lebih independen dan pembangunan berkelanjutan untuk melewati krisis saat ini.