REPUBLIKA.CO.ID, GELSENKIRCHEN -- Pelatih Schalke, Roberto Di Matteo, tak dapat menyimpan rasa kecewa setelah anak asuhnya dipermalukan Real Madrid 0-2 di Veltins Arena pada laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Kamis (19/2) dini hari WIB.
Ia mengakui laga ini menjadi hasil yang mengecewakan. Sejauh ini Schalke tercatat belum pernah menjuarai Liga Champions, namun Di Matteo pernah melakukannya sewaktu menjadi pelatih Chelsea pada 2012.
Apalagi, pelatih itu juga melihat banyak kesempatan bagi timnya saat pertandingan melawan Madrid. "Kedua tim sama-sama punya kesempatan. Tapi Madrid mencetak skor, kami tidak," katanya, dikutip situs resmi UEFA.
Seperti di paruh pertama pertandingan, mereka menyerang melalui tembakan Klaas-Jan Huntelaar. Sayangnya itu berhasil dihentikan oleh sang kiper, Iker Casillas.
Selanjutnya pada paruh kedua, pihaknya justru membentur mistar gawang saat mencoba melakukan serangan. Saat itu skor sudah berjalan 1-0. Di Matteo pun berandai-andai jika mereka saat itu gol, maka pertandingan pasti akan memiliki akhir yang berbeda.
"Kami telah berjuang dengan baik dan mencoba segala cara untuk melawan tim yang sangat kuat. Kualitas Real Madrid itu lah yang membuat perbedaan hari ini," terang dia.
Terutama dalam serangan, menurutnya jika membuka ruang bagi Real Madrid, maka itu sangat berbahaya. Hal itu seperti yang dilihatnya di paruh pertama pertandingan. Madrid begitu keras membuka ruang bagi serangan mereka. Terutama, hal ini berlaku bagi tiga pemain Madrid yang dinilainya sangat berbahaya, yaitu Gareth Bale, Cristiano Ronaldo, dan
Karim Benzema.
"Kami ingin mempertahankan seminimum mungkin ruang bagi Real Madrid. Kami melakukan pertahanan lebih tinggi lagi, tetapi Anda selalu harus selalu waspada dengan kecepatan mereka dan serang baliknya," jelas Di Matteo.
Di leg kedua nanti, Schalke pun harus mencetak dua angka di gawang Madrid jika ingin menggapai babak perempat final dalam turnamen ini. Hal itu sebagaimana yang baru mereka alami tiga kali sepanjang sejarah klub.
Namun, itu tentu bukan hal mudah. Pasalnya baru dua klub, Barcelona dan Juventus, yang pernah menang dengan margin dua gol di Liga Champions atas Real Madrid dalam 10 tahun terakhir.
"Seperti saya katakan, di pertandingan semacam ini tidak banyak kesempatan. Terkadang kualitas membuat perbedaan. Kami membentur mistar gawang, mereka membentur tepian posisi puncak, itulah perbedaannya," celetuk Di Matteo.