Jumat 20 Feb 2015 01:13 WIB

Pengajuan Kapolri, Jokowi Diminta Lakukan Lobi Politik Tingkat Tinggi

Rep: C82/ Red: Julkifli Marbun
Komjen Pol Badrodin Haiti
Foto: republika/Agung Supriyanto
Komjen Pol Badrodin Haiti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko mengatakan, pengajuan nama Badrodin Haiti sebagai calon Kapolri baru pasti akan menjadi masalah baru. Anang mengatakan, DPR pasti merasa kecewa dengan langkah yang diambil Jokowi. Secara politik, lanjutnya, hal tersebut akan menjadi persoalan yang besar di kemudian hari.

"DPR RI juga merasa kecewa dengan langkah Jokowi yang notabene yang membawa PDIP. Secara politik pasti akan menjadi masalah besar karena DPR merasa dipermainkan," kata Anang kepada Republika, Kamis (19/2).

Anang mengatakan, untuk mengatasi perselisihan tersebut, Jokowi harus melakukan komunikasi politik tingkat tinggi. Menurutnya, presiden bersama tim kepresidenan harus melakukan lobi politik kepada para elit. Namun, lobi tersebut sebaiknya dilakukan secara tersembunyi dan bukan di 'permukaan'.

"Kalau di permukaan pasti yang terjadi DPR akan memunculkan harga dirinya. Kalau DPR memunculkan harga dirinya, 100 persen apa yang disampaikan Jokowi ini akan ditolak," ujarnya.

Anang mengatakan, jika lobi tersebut tidak berjalan dengan baik, DPR akan mengungkit masalah proses yang telah dilakukan terhadap Budi Gunawan (BG) sebelumnya.

BG yang telah melewati seluruh tahap uji kelayakan di DPR, lanjutnya, telah dinyatakan tidak bermasalah secara hukum. Sidang praperadilan pun telah menyatakan bahwa penetapan status tersangka BG oleh KPK tidak sah. Hal tersebutlah, menurut Anang, yang kemudian dapat membuat DPR memiliki "harga diri" dan sedikit susah untuk memproses Badodin Haiti.

"Kemudian DPR juga menunggu apa yang akan dilakukan KPK. Apakah sudah final apa masih mengajukan peninjauan kembali. Jadi itu satu, kemungkinan DPR akan menunda dulu sampai ada kepastian itu. Jadi tidak akan memproses permintaan Jokowi terhadap calon Kapolri baru ini," kata Anang.

"Kemudian bisa jadi, 'ada nggak dalam tanda kutip jaminan Anda (Jokowi) tidak akan mempermainkan DPR kembali, ketika kita sudah fit proper test dan hasilnya oke', gitu. DPR Ini tidak mau disalahkan semudah itu karena ini sudah masuk ke wacana publik," ujarnya lagi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement