REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Serangan Islamofobia telah melambung drastis di Perancis pasca-peristiwa Charlie Hebdo. Sebuah laporan baru memperingatkan perempuan Muslim telah menjadi target utama dari kejahatan kebencian di negara Eropa. Laporan itu mendesak untuk membuat langkah-langkah baru demi mengatasi meningkatnya kebencian itu.
"Dewan prihatin dengan penurunan toleransi dan peningkatan serangan verbal dan tindakan kebencian dan diskriminasi yang tercatat di Perancis," ungkap Dewan Eropa KomisarisHAM, Nils Muižnieks, seperti yang dikutip laman Islamonline, Jumat (20/2).
Menurut Muižnieks, berdasarkan laporan, sekitar 80 persen perempuan Muslim telah menjadi sasaran kebencian islamofobia. Muižnieks mengaku, tidak hanya umat Islam yang menjadi sasaran. Umat Yahudi juga telah mengalami peningkatan kejahatan kebencian sejak serangan Charlie Hebdo.
Dalam upaya untuk melawan kejahatan kebencian yang melonjak, Muižnieks mendesak Prancis untuk mengadopsi rencana nasional. Ini dilakukan untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia selain meratifikasi Protokol No. 12 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia pada larangan umum diskriminasi. Upaya ini merupakan rangka untuk lebih memperkuat kerangka hukum yang ada.
"Sangat penting untuk mengakhiri tindakan seperti itu, termasuk di internet, dan untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab," ujar Muižnieks.
Seperti yang diketahui, Perancis merupakan rumah bagi komunitas Muslim yang berjumlah hampir enam juta. Ini berarti menjadi jumlah Muslim terbesar di Eropa. Namun, setelah serangan Charlie Hebdo, Muslim Perancis pun mendapatkan serangan kebencian meningkat dari warga Perancis.