REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Ulama Kanada tengah membahas bagaimana pola pembinaan mualaf yang tepat. Ini mengemuka setelah adanya laporan mualaf yang terlibat kelompok ektrimis.
Para ulama melihat perlunya ada satu mekanisme untuk lebih aktif dan intensif dalam melakukan pembimbingan terhadap mualaf. Namun, para ulama belum menemukan pola yang tepat.
"Kita tidak bisa memaksakan sesuatu," ucap Ketua Dewan Imam Kanada, Mohammad Iqbal Alnavdi, seperti dilansir Onislam, Jumat (20/2).
Menurut Alnavdi, situasi ini membuat para ulama harus berhati-hati. Dalam artian, pembimbingan kepada mualaf membutuhkan banyak waktu.
Imam Calgary, Syed Soharwardy berpendapat, ada baiknya para ulama untuk lebih aktif bertanya kepada mualaf. Titik beratnya, melalui pertanyaan itu para ulama dapat mengetahui mengapa individu yang bersangkutan menjadi seorang Muslim.
"Saya tidak mengatakan imam harus detektif. Tapi ini kepada upaya mengenal calon mualaf. Yang lebih penting lagi, ini kewajiban kita untuk memberikan yang terbaik kepada mualaf," kata dia.
Secara terpisah, Asosiasi Muslim Kanada, Aasim Rashid menilai, pendampingan yang hangat dan dukungan sudah cukup untuk membentengi mualaf dari keterlibatan aksi terorisme. "Saya sepakat kalau ada pemahaman yang lebih kuat soal Islam untuk para mualaf. Jadi, ada program yang lebih intensif untuk itu," ucapnya.
Pakar Terorisme, Universitas Waterloo, Lorne Dawson, peran komunitas menjadi kunci keberhasilan pembinaan mualaf. Namun, perlu ada keseragaman pembinaan sehingga penangananya tidak terkategori dalam etnis.
"Ini bisa menghindari promosi jihad yang keliru," ucapnya.
Sebelumnya, mualaf dari Ottawa, Carlos dan Ashton Larmon diduga terlibat aksi terorisme. Selanjutnya, John Nuttall dan Amanda Korody juga ditangkap karena berencana meledakan gedung legislatif provinsi.