REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dinas Perkebunan Provinsi Bali berupaya meningkatan usaha perdagangan ekspor komoditas perkebunan, sekaligus memanfaatkan peluang sebagai terobosan untuk mendongkrak pendapatan petani.
"Bali berupaya menjajaki jambu mete hasil produksi petani kebun di daerah ini untuk bisa menjangkau pasar ekspor, dengan harapan akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, DM Buana Duwuran di Denpasar, Ahad (22/2).
Ia mengatakan, untuk melangkah ke arah itu perlu adanya pengetahuan yang memadai bagi petani, terutama dalam memproses buah hasil perkebunan termasuk mete setelah panen supaya siap ekspor.
Pada tahap awal, Dinas Perkebunan Bali telah menggelar bimbingan teknis (Bintek) akselerasi ekspor komoditas perkebunan khususnya jambu mete yang melibatkan para petani dari wilayah pengembangan jambu mete di Kabupaten Karangasem.
Buana Duwuran menambahkan, pihaknya sudah pernah menberikan pelatihan kepada 20 peserta tentang pengolahan komoditas perkebunan di Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
Melalui Bimtek ini, diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang ada termasuk peningkatan ekspor komoditas unggulan perkebunan dengan tetap berupaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk.
Bali selama ini sudah memasarkan kopi, vanili dan kako ke pasaran ekspor, di samping sedang menjajaki pemasaran mete ke pasaran antarbangsa dengan harapan mampu menambah perolehan devisa negara.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat, perolehan devisa dari sektor perkebunan di daerah ini selama 2014 sebesar 2,5 juta dolar AS, atau bertambah hingga 60 persen jika dibandingkan periode 2013 yang hanya 1,6 juta dolar AS.