REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Jumat (20/2), lalu, Perusahaan Farmasi Kalbe Farma telah menarik 10.972 ampul obat anestesi Buvanest Spinal. Penarikan produk ini dilakukan menyusul meninggalnya dua pasien akibat Buvanest Spinal.
Head of External Communications PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho mengatakan, penarikan Buvanest dilakukan secara sukarela sejak Kamis (12/2).
“Dari 13.095 ampul Buvanest Spinal yang beredar, sebanyak 10.972 ampul sudah ditarik sampai Jumat 20 Februari. Sisanya diperkirakan habis terpakai,” katanya melalui pesan singkat kepada Republika, Ahad (22/2).
Tak hanya menarik produk, perusahaan itu juga telah menghentikan produksi Buvanest Spinal untuk semua batch. Kalbe Farma mengaku mematuhi rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), termasuk menghentikan semua produksi injeksi Buvanest untuk keperluan investigasi.
“Sejauh ini tidak ditemukan kejadian salah label selain di rumah sakit (RS) Siloam, Tangerang, Banten,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia menyatakan izin edar dan aktivitas produksi seluruh batch Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml/5 (ABVSA) dibekukan. Sementara untuk obat Asam Tranexamat 500 mg/Amp 5 ml dengan nomor batch 629668 dan 630025 juga ditarik dari peredaran hingga penyelidikan berakhir dan mendapatkan jawaban.
Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes Indonesia, Akmal Taher mengaku, pihaknya masih terus mengidentifikasi kematian pasien akibat obat itu. Mereka juga tengah melakukan audit dan penyelidikan terhadap PT Kalbe Farma (Tbk) selaku produsen.
“Namun selama penyelidikan ini berlangsung, produksi Buvanest harus dihentikan dan peredaran Asam Tranexamat harus ditarik sampai investigasi akhir selesai,” katanya.