REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Tidak hanya Leeza, Gabrielle juga menyempatkan diri melihat langsung suasana di sekitar Lapas Kerobokan. Awalnya, awak media mengira dia adalah salah satu pengunjung lapas. Namun, wanita blonde dengan perawakan sedikit gemuk itu hanya mondar-mandir tak jauh dari pintu lapas.
Dia sempat terlihat mengintip isi lapas dari celah pintu gerbang, kemudian berbalik membeli beberapa buah semangka dari pedagang buah yang mangkal di lokasi awal media berkumpul. Gabrielle ternyata penasaran pada kehidupan Lapas Kerobokan setelah membaca ramainya pemberitaan dari media online dan televisi di Australia.
Saat berkesempatan liburan akhir pekan ke Bali, wanita ini memutuskan berkunjung langsung ke Kerobokan. "Saya ingin melihat langsung suasana di sini. Tentang Myu dan Andrew, saya berharap mereka tidak dihukum mati sebab setiap manusia memiliki hak untuk hidup. Semoga pemerintah Indonesia memberikan mereka kesempatan kedua," kata Gabrielle.
Banyak juga foto di media sosial yang menunjukkan tingginya minat wisman berkunjung ke Lapas Kerobokan. Hal ini tentu kontras dengan seruan boikot Bali yang banyak diberitakan di media. Beberapa wisman yang berkunjung menyatakan prihatin dengan kehidupan penjara, namun juga terpesona oleh kurungan jeruji besi itu.
Matias Ibo, wisman lainnya menganggap seruan tersebut tak tepat. Meskipun Ibo tak menyetujui hukuman mati, namun dia mengimbau warga Australia untuk lebih respek pada hukum yang berlaku di negara lain.
"Apa itu #boycottbali? Kalian bercanda? Saya lebih setuju #boycottdrugs," katanya.
Ibo menambahkan masyarakat Bali didominasi oleh penganut Hindu hingga 85 persen. Menurutnya, Hindu adalah agama yang menentang hukuman mati. Warga Australia yang menyerukan boikot Bali diharapkannya untuk berpikir dua kali jika ingin melakukan hal tersebut.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika juga angkat suara terkait sejumlah isu boikot dari Australia terhadap kunjungan pariwisata ke Indonesia jika pemerintah tak kunjung menunda eksekusi mati tersebut. Ia meminta semua pihak untuk menghormati kedaulatan hukum di Indonesia.
"Saya tak percaya itu. Mereka (Australia) harus menghormati kedaulatan pemerintah Indonesia," kata Pastika.