REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Setahun yang lalu, Indira Kaljo, pemain basket Muslim wanita asal Bosnia-Amerika memilih untuk mengenakan jilbab. Keputusan tersebut ia ambil karena kesadaran hatinya akan kewajiban perempuan Muslim.
Namun, ia menyadari bahwa ia tidak akan mampu bermain profesional di Eropa. Hal ini dikarenakan, Federasi Bola Basket Internasional (FIBA ) melarang penggunaan jenis tutup kepala, termasuk jilbab maupun turban selama pertandingan resmi.
"Ini tidak masuk akal. Ini larangan diskriminatif terhadap atlet yang ingin mengikuti iman mereka," kata Kaljo seperti dilansir Worldbulletin, Senin (23/2).
Pada tahun 2014, ia meluncurkan petisi online, yang mengumpulkan sekitar 70.000 tanda tangan. Petisi ini ditujukan untuk FIBA agar dapat mencabut larangan tersebut.
Sebelumnya, pada bulan September 2014, FIBA mengumumkan bahwa perempuan akan diizinkan untuk memakai penutup kepala agama dalam permainan basket dalam negeri untuk jangka waktu sementara dua tahun. Namun, FIBA belum memberikan izin yang sama untuk kompetisi internasional.
Dua minggu setelah keputusan FIBA, tim basket wanita Qatar menarik diri dari Asian Games 2015, sebagai protes terhadap larangan jilbab untuk pertandingan internasional.
FIBA mengatakan keputusannya tidak ada hubungannya dengan agama, tetapi hanya berkaitan dengan masalah olahraga. Lantaran juga melarang penggunaan aksesoris rambut dan perhiasan.
"Menyebalkan. Ini adalah semangat kami, mimpi kami," kata Kaljo, yang saat ini berada di Istanbul, Turki.