REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Benda mencurigakan yang diduga bom ditemukan di toilet dekat arena bermain anak lantai UG Mezanine pada Senin (23/2). Benda mencurigakan tersebut ditemukan setelah salah satu penjaga arena bermain mendengar letupan seperti balon meletus saat berada di toilet.
"Termasuk kategori low explotion berdasarkan suara," terang Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul pada media, Selasa (24/2).
Martinus menyatakan untuk menentukan sebuah ledakan masuk dalam kategori low, medium, atau high bisa ditentukan dengan mengidentifikasi tiga hal. Ketiga hal tersebut ialah suara, berat dan bahan-bahan.
Untuk kasus temuan barang diduga bom yang berada di ITC Depok, ia menyatakan kategorinya masih tergolong low dilihat dari identifikasi suara yang ditimbulkan.
Saat ditemukan, benda mencurigakan diduga bom itu terdiri dari beberapa botol berisi cairan dan kardus utuh berisi alat-alat yang dapat memicu ledakan. Untuk cairan dalam botol, masih diidentifikasi jenisnya oleh pihak terkait. Sedangkan komponen yang terdapat dalam kardus tersebut ialah detonator, kabel, baterai dan timer.
"Kalau terangkai, bisa memicu ledakan," lanjutnya.
Martinus juga menyatakan sumber suara ledakan masih diteliti. Kemungkinan suara ledakan bisa berasal dari tutup botol yang tak rapat sehingga menimbulkan letupan atau dari komponen yang berada di kardus.
Martinus menyatakan tidak ada temuan berupa pesan atau tulisan dalam benda mencurigakan tersebut. Ia juga menyatakan adanya temuan dugaan bom di ITC Depok tidak mengganggu aktifitas mal dan hari ini, Selasa, mal kembali beroperasi seperti biasa. Hanya saja, kepolisian melakukan lokalisir di TKP dan tempat tersebut ditutup dengan garis polisi.
Sebelumnya, penjaga arena bermain mendengar letupan kecil saat berada di toilet dekat arena bermain lantai UG Mezanine, ITC Depok, pada 17.30 WIB. Temuan tersebut kemudian dilaporkan oleh pihak mal kepada Polsek Pancoran Mas sekitar pukul 18.30 WIB. Saat ini, barang bukti telah diserahkan kepada satuan Gegana Korps Brimob untuk diteliti dan dianalisa.
Ikuti Whatsapp Channel Republika