REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN—Harga beras di pasaran dalam beberapa hari terakhir terus meningkat tajam. Seperti di Pasar Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mencapai antara Rp 10.800 hingga Rp 11.00 per kilogram (Kg) untuk jenis C4 RM. Padahal sebelumnya harga beras per Kg Rp 9.800 sampai Rp 9.900 per Kg.
Kendati demikian, kenaikan harga beras di pasaran tidak membuat harga gabah petani juga ikut naik. Harga gabah ditingkat petani justru murah sehingga petani petani tidak merasakan dampak dari hasil panen.
Hal tersebut dikatakan Ngatijo, petani asal Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Sleman. menurut Ngatijo, gabah basah hanya dihargai sebesar Rp 4.200 per kg untuk jenis IR 64 dan Ciherang. Sedangkan untuk gabah panen kering dihargai Rp 5.100 per kg.
“harga itu, penghasilan petani masih kecil jika dibandingkan dengan harga beras di pasaran yang tinggi,” ujar Ngatijo, kepada wartawan disela-sela menggarapn tanah, Selasa (24/2).
Wiji Saksono, petani lainnya menuturkan, disamping menjual gabah basah dan kering, petani juga menjual beras secara mandiri. Hal tersebut dinilai lebih efektif untuk mendapatkan kuntungan yang lebih.
Wiji mengaku, meskipun menjual beras secara mandiri namun, tidak mesti mendapatkan keuntungan yang banyak. Sebab, kondisi tersebut bisa terjadi apabila pembeli merupakan tengkulak yang hanya menghargai Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kg. Disamping itu, beras jenis IR 64, kata Wiji, hanya dihargai maksimal Rp 8.000 per kg.
“yang kita khawatirkan sekarang mengatasi hama,”