REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jumlah rumah baru, yang sedang dibangun di permukiman Yahudi di Tepi Barat, yang diduduki Israel, meningkat 40 persen pada tahun lalu. Keterangan itu diungkapkan lembaga swadaya masyarakat anti-permukiman, Peace Now, Senin (23/2).
Organisasi berbasis di Israel itu mengatakan 3.100 rumah dibangun sejak tahun lalu di kawasan permukiman Tepi Barat. Sementara pada 2014 diluncurkan 4.485 lelang untuk pembangunan di tempat itu dan di daerah permukiman Yerusalem timur. "Rekor tertinggi untuk setidak-tidaknya satu dasawarsa belakangan," ungkap Peace Now.
Menurut mereka, dari 3.100 rumah, sekitar 287 merupakan pemukiman yang disebut sebagai liar karena tanpa otorisasi resmi dari pemerintah Israel.
Masyarakat internasional tidak membedakan antara permukiman "sah" dan "gelap", mengingat semua menjadi tidak sah di wilayah Palestina yang diduduki.
Peace Now mengatakan rata-rata bulanan untuk rumah baru di permukiman adalah 460 buah selama pemerintahan periode ketiga Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mulai menjabat pada 18 Maret 2013.
Disebutkannya bahwa selama periode yang sama 66 proyek konstruksi diluncurkan untuk membangun 10.113 rumah di 41 permukiman.
"Semua angka-angka ini membuktikan bahwa Benjamin Netanyahu melakukan segalanya" untuk meningkatkan sengketa di lapangan "dan membuat solusi dua negara tidak mungkin," kata Hagit ofran dari Peace Now.
Bulan lalu, Israel juga mengumumkan rencana untuk membangun 450 rumah pemukim baru di Tepi Barat, yang memicu kemarahan Washington yang mengecam hal itu sebagai "tidak sah dan kontraproduktif" untuk mencapai perdamaian dengan Palestina.
Pengumuman itu, datang hanya beberapa minggu sebelum pemilihan umum dini, membuat hubungan dengan Amerika Serikat - mediator pembicaraan damai yang sekarang terhenti - dan sekutu utamanya Timur Tengah menegang.