REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso menilai, kebutuhan investasi baru di sektor semen belum mendesak di Indonesia.
"Saya kira relatif, tetapi jika ada investasi baru sebaiknya didorong bangun di luar Jawa, sekaligus untuk pemerataan," tuturnya di Wisma Indarung, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (24/2).
Dikatakannya, pertumbuhan permintaan semen dalam negeri pada 2015 sekitar tujuh persen. Dengan catatan, belanja pemerintah untuk infrastruktur terserap secara optimal. Namun, jika tidak optimal, pertumbuhan permintaan menurutnya hanya sekitar tiga persen.
Menurut Mantan Direktur Utama Semen Padang ini, sejumlah perusahaan semen tengah membangun pabrik baru. Diperkirakan, pabrik-pabrik baru tersebut mampu untuk menenuhi kebutuhan semen nasional hingga 2019.
"Bahkan sejumlah perusahaan semen diperkirakan sudah mampu ekspor," ujar Widodo.
Ia menjelaskan, pada 2015 akan beroperasi tiga pabrik baru milik Semen Tiga Roda di Jawa Barat yang menghasilkan tambahan kapasitas 4,4 juta ton per tahun, Semen Bosowa Maros di Banten dengan tiga juta ton, dan Semen Merah Putih di Sulawesi Selatan dengan tiga juta ton per tahun.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Utama PT Semen Padang, Benny Wendry meyakini dalam dua tahun pihaknya mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 40 persen. Terlebih, dengan beroperasinya dua pabrik baru Semen Padang, yaitu di Dumai dan Indarung VI di Padang, Sumbar.
"Tahun ini kapasitas produksi ditarget 7,3 juta ton dengan optimalisasi pabrik di Dumai. Tahun depan dengan beroperasinya Indarung VI, kapasitas produksi menjadi 10,4 juta ton," ungkap Werry. Ia menambahkan, penguasaan pasar di Sumatera dari perusahaan semen tertua di Indonesia ini mencapai 45 persen pada 2014.