REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Aktor Lukman Sardi menilai peran Lembaga Sensor Film (LSF) selama ini kurang jelas. Pemain film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' itu mempertanyakan, aturan LSF soal pemotongan adegan film.
"Kadang-kadang LSF tidak jelas. Sensor itu sendiri mengarah ke mana. Disebutkan untuk pertahanan keamanan atau apa, sebuah hasil karya seni tidak bisa dipotong sembarangan," ujar Lukman kepada ROL, Kamis (25/2).
Pernyataan Lukman tersebut bukan tanpa alasan. Dia juga mencontohkan, salah satu film asal Amerika, Kingsman yang saat ini masuk dua besar Box Office.
"Contoh yang baru saja, Kingsman itu dipotong 12 menit yang adegan gereja karena katanya kekerasan dan kekejaman. Tapi adegan yang memperlihatkan pantat di akhir film ditampilkan," lanjut peraih penghargaan pemeran utama pria terbaik Indonesian Movie Awards 2013 itu.
Lebih lanjut ia mencontohkan, sejarah lahirnya lembaga sensor di Amerika, misalnya untuk memerangi paham komunisme dan kekerasan maupun pornografi. Namun kembali dikatakan dia, seringkali arah kebijakan LSF Indonesia sendiri tidak jelas.
Karena itu, sutradara film Di Balik 98 ini juga mengaku setuju saja jika LSF nantinya ditiadakan. Karena lembaga klasifikasi usia atau rating film maupun para pembuat film menurutnya bisa sangat bertanggung jawab terutama terkait moral bangsa.