REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sepanjang 2015, hampir 100 orang meningga dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur.
"Pada Januari korban jiwa 60 orang, dan Februari 32 orang meninggal dunia akibat demam berdarah," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Harsono kepada wartawan di Surabaya, Kamis (26/2).
Berdasarkan catatannya, angka kematian karena penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti tersebut meningkat jika dibandingkan awal tahun 2014, yakni sebanyak sembilan korban. Tidak hanya angka korban meninggal saja yang naik, namun angka penderita demam berdarah pada awal tahun ini juga tertinggi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Dinkes Jatim mencatat jumlah penderita selama Januari sebanyak 4.551 orang, atau meningkat dibandingkan jumlah penderita di bulan yang sama pada 2014, sebanyak 980 orang. Sedangkan pada Februari, kata dia, jumlah penderita demam berdarah di Jatim mulai menurun, yakni 1.925 orang.
"Targetnya pada Maret sudah tidak ada lagi penderita demam berdarah di Jawa Timur," imbuh dia.
Ia berpendapat, meningkatnya tren penyakit demam berdarah tahun ini tidak lepas dari faktor musim hujan yang curahnya deras, tapi tidak terus-menerus. "Sehari hujan, lalu panas selama dua hari, kemudian hujan lagi. Itulah yang membuat air bersih tergenang, kemudian mempercepat populasi nyamuk," sebut mantan bupati Ngawi tersebut.
Sementara itu, terkait status Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sempat ditetapkan untuk 25 kabupaten/kota di Jatim, pihaknya menegaskan bahwa Februari ini statusnya bukan KLB lagi. "Kami sudah tidak menetapkan KLB lagi di bulan ini. Tetapi penanganannya tetap diinstruksikan seperti KLB, khususnya terhadap daerah-daerah yang grafik penderita demam berdarahnya, mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya," ucapnya.
Ia menyebut, lima daerah tertinggi di Jatim yang jumlah penderitanya terbanyak, yaitu Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jember, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Sampang. Pola penanganan ini, lanjut Harsono, diberlakukan sampai akhir musim hujan yang menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan berakhir April mendatang.
Diharapkan tidak hanya pemerintah yang aktif mencegah wabah demam berdarah, namun peran masyarakat sangat dibutuhkan, semisal menumbuhkan pola hidup bersih dan turut serta menjadi tenaga pemantau jentik.