REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Jantung Siloam Hospitals, Jeffrey Wirianta mengatakan, penyakit henti jantung merupakan penyakit genetik. Orang yang sudah pernah mengalami serangan jantung berpotensi mengalami kejadian henti jantung mendadak sebanyak empat kali lipat.
"Ini terjadi karena kekuatan pompa jantung turun. Makanya kemungkinan terjadinya henti jantung tinggi," ujar Jeffrey, Kamis, (26/2).
Cara mencegah penyakit henti jantung, kata dia, selain dengan menggunakan obat-obatan juga dengan alat. Alat tersebut antara lain Implantable Cardiverter Defribrillator (ICD) yang dipasang di dalam jantung yang berfungsi sebagai penyelamat penderita penyakit jantung.
Alat itu bekerja dengan melakukan kejut listrik di dalam jantung. Voltasenya listriknya kecil sehingga tidak menimbulkan sakit. Alat lainnya untuk mengatasi henti jantung mendadak adalah Cardiac Resynchronization Therapy Defribrillator (CRT-D). Ini merupakan alat pacu jantung kelas satu.
"Alat ini dipasang kepada pasien jantung yang kira-kira bisa terkena henti jantung mendadak. Namun, pengguna kedua alat ini masih sangat kecil karena harganya yang sangat mahal."