REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Bakal calon ketua umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan tidak akan mempersoalkan kalau pemilihan ketua umum PAN di Kongres IV PAN, Bali, terselesaikan melalui mekanisme aklamasi. Skenario aklamasi juga bagian dari demokrasi.
"Demokrasi itu boleh musyawarah mufakat boleh voting. Dua-duanya terhormat. Saya kira kita harus maju dalam berdemokrasi, bisa musyawarah mufakat, tapi voting juga sesuatu yang biasa," kata Zulkifli, saat memberi keterangan pers di Hotel Melia Bali, Sabtu (28/2).
Zulkifli mengaku optimistis akan memenangi persaingan menjadi ketua umum PAN periode 2015-2020. Baik itu melalui mekanisme voting ataupun aklamasi.
Panitia Kongres IV PAN juga sudah menyiapkan skenario aklamasi dalam pemilihan ketua umum PAN. "Dua-duanya (skenario) voting dan aklamasi kita siapkan. Karena kedua hal itu adalah mekanisme yang sah dalam sebuah demokrasi," kata Ketua Pengarah Kongres IV PAN Taufik Kurniawan, saat ditemui Republika Online (ROL) di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Sabtu (28/2).
Merujuk pada penyelenggaraan Kongres III PAN, pemilihan ketua umum berakhir dengan aklamasi. Pada Kongres III PAN, suasana persaingan ketat dukungan antara Drajad Wibowo dan Hatta Rajasa sebelum penyelenggaraan kongres, ternyata tidak berlanjut ke mekanisme voting.
Dengan turun tangannya Amien Rais maka proses itu pada akhirnya berujung aklamasi. Drajad mengalah dan akhirnya Hatta Rajasa yang terpilih menjadi ketua umum PAN.
Persaingan menuju ketum PAN periode 2015-2020 juga sangat ketat. Apakah Ketua MPP PAN Amien Rais akan kembali mengambil posisi dengan mengupayakan mekanisme aklamasi?. Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Namun sebuah sumber ROL di internal PAN menyebut bahwa Amien Rais meminta agar ketua umum PAN bisa terpilih secara aklamasi.