REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Peluang terjadinya aklamasi dalam Kongres IV Partai Amanat Nasional (PAN) sulit untuk terjadi. Calon incumbent yang sekaligus Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sudah menutup ruang untuk aklamasi.
Tim Sukses Hatta Rajasa, Tjatur Sapto Edy mengatakan bahwa sudah terlambat untuk melakukan aklamasi dalam pemilihan ketua umum PAN. "Saya kira aklamasi sudah terlambat. Sudah sulit untuk bisa menempuh jalan aklamasi," kata Tjatur di Bali, Ahad (1/3).
Apakah Hatta akan menolak jika Amien Rais memintanya untuk mundur? Tjatur tidak menjawabnya. Namun ia mengatakan kemungkinan besar pemilihan ketua umum akan dilakukan melalui mekanisme voting.
Ditambahkan Tjatur, aklamasi bukanlah tradisi dalam pemilihan ketua umum PAN. Dijelaskannya, pada Kongres II PAN, pemilihan ketua umum dilakukan melalui voting antara Fuad Bawazier dan Sutrisno Bachir. Dalam pemilihan itu, Hatta yang juga salah satu kandidat diminta untuk mengundurkan diri.
Barulah pada Kongres III PAN terjadi aklamasi. Ketika itu Hatta yang bersaing dengan Drajad Wibowo terpilih secara aklamasi setelah Drajad diminta mengundurkan diri. "Jadi aklamasi itu bukan tradisi PAN," ungkapnya.
Sebuah sumber Republika Online (ROL) menyebutkan bahwa Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN Amien Rais meminta agar Kongres IV PAN bisa menghasilkan ketua umum secara aklamasi.