REPUBLIKA.CO.ID, JANEWA -- Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan sebanyak 1,1 miliar remaja beresiko kehilangan pendengaran. Penyebab utamanya tak lain seringnya mereka menggunakan perangkat audio di telinga, ke tempat hiburan, hingga tempat-tempat yang memiliki perangkat audio.
WHO melakukan survey terhadap orang dengan usia 12-25 tahun di negara-negara berpenghasilan tinggi. Hasilnya, 40 persen masyarakat di negara tersebut sering menggunakan perangkat audio.
Direktur WHO untuk departemen pengelolaan penyakit menular, cacar, kekerasan dan pencegahan cedera, Dr Etienne mengatakan, kebanyakan masyarakat melakukan aktifitas dengan musik. Sehingga semakin banyak remaja yang berpotensi kehilangan pendengaran karena suara musik yang keras.
Menurutnya, kebanyakan remaja harus menyadari bisa kehilangan pendengaran dan tidak bisa dipulihkan kembali secara normal. Untuk mencegahnya, mereka diminta mengurangi aktifitas yang melibatkan pengeras suara.
WHO juga menyarankan, penggunaan headphone atau earphone dibatasi setiap satu jam sehari. Selain itu, WHO juga melarang pekerja di bar dan klub malam serta tempat olahraga tidak menggunakan pengeras suara lebih dari 8 jam. Begitupun dengan pengunjung tempat tersebut agar tidak melewati batasan yang ditentukan WHO.
Dalam catatan WHO, pendengaran manusia bisa hilang selama 15 menit, jika lebih dari 8 jam mendengarkan musik dengan pengeras suara.
Seorang otolaryngologist di NYU langone Medical Center, Daniel Jathanamest mengatakan, memutar pengeras suara berulang kali dalam waktu yang cukup lama akan merusak rambut kecil di dalam telingat. Sehingga ganguan pendengaran akan terjadi secara permanen, terlebih jika kegiatan dengan pengeras suara dilakukan secara aktif dan terus menerus.