REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Tentara Mesir pada Ahad (2/3), mengatakan setidaknya 172 gerilyawan tewas pada Februari dalam suatu operasi gabungan polisi dan militer di kawasan Sinai yang bergolak. Sinai merupakan lokasi pasukan keamanan Mesir memerangi pemberontakan kelompok Islam.
Para gerilyawan itu tewas dalam serangkaian operasi keamanan di semenanjung itu setelah serangan mematikan gerilyawan pada 29 Januari menyebabkan 30 orang tewas, sebagian besar diantaranya tentara.
Militer mengatakan para gerilyawan itu dibunuh di kota-kota Sinai Utara, yaitu El-Arish, Sheikh Zuweid dan di kota Rafah yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza Palestina.
Sekitar 229 gerilyawan yang lain yang diduga anggota kelompok milisi ditangkap dalam operasi tersebut, sementara 85 tempat persembunyian gerilyawan dihancurkan bulan lalu, menurut militer dalam sebuah pernyataan yang disertai dengan foto terduga milisi ditembak mati.
Tentara Mesir telah mengirimkan prajurit dan peralatan ke wilayah ini untuk melawan pemberontakan kelompok Islam sejak penggulingan Presiden Mohamed Morsi pada bulan Juli 2013. Sebagian besar serangan dipelopori Ansar Beit al-Maqdis (Partisan dari Jerusalem), afiliasi Mesir dari kelompok Negara Islam yang telah merebut wilayah di Suriah dan Irak.
Kelompok itu mengatakan serangan tersebut merupakan pembalasan atas tindakan keras brutal pemerintah terhadap para pendukung M Morsi yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan yang lain dipenjarakan.
Kelompok ini juga mengklaim serangan pada 29 Januari, di mana dua bom mobil dan rentetan roket menghantam pangkalan militer dan kompleks perumahan perwira di El-Arish. Serangan itu tetap dilakukan meskipun keadaan darurat dan jam malam di beberapa bagian di Sinai Utara dan zona penyangga yang dibentuk di Rafah untuk mencegah infiltrasi milisi dari Gaza.