REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego menyatakan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) rawan ditinggal pemilihnya. Hal itu menyikapi dualisme kepengurusan yang menimpa partai berlambang Kabah tersebut.
Indria menyatakan PPP merupakan jenis partai yang segmented. Yaitu, pemilihnya berasal dari kalangan muslim tradisional dan berlatar NU. Hal itu menjadikan partai tersebut memiliki ceruk pemilih yang terbatas.
“Lihat saja pemilu kemarin PPP perolehan suaranya paling sedikit diantara partai Islam yang lain,” katanya, Senin (2/3).
Dia mewanti-wanti agar PPP belajar dari pengalaman perpecahan yang pernah terjadi sebelumnya. PPP pernah mengalami perpecahan dan menghasilkan partai pecahan, yakni Partai Bintang Reformasi (PBR). Kondisi itu tak boleh terulang lagi dalam momen sekarang. Kalau ini sampai terulang partai yang sebelumnya dipimpin Suryadharma Ali itu bisa bisa ditinggalkan pemilihnya.
Saat ini terjadi dualisme kepengurusan di tubuh PPP. Yang pertama yakni PPP versi Romahurmuzy. Sedangkan yang kedua, yakni PPP versi Djan Fariz. Proses Hukum terkait sengketa keabsahan partai telah sampai pada putusan PTUN.
Di dalam putusan PTUN tersebut isinya menyatakan bahwa surat keputusan dari Kemenkumham dinyatakan tidak sah. Hal ini membawa konsekuensi hukum bahwa kepengurusan PPP Djan Fariz lah yang diakui. Menanggapi hal ini PPP kubu Romi mengajukan perlawanan hukum yakni banding.