Senin 02 Mar 2015 17:48 WIB

Harga Masih Tinggi, Warga Terpaksa Oplos Beras

Rep: Lilis Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas Bulog melakukan operasi basar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (18/2).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas Bulog melakukan operasi basar beras di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta, Rabu (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki awal Maret 2015, harga beras di pasaran di Kabupaten Indramayu, masih tinggi. Warga pun terpaksa mengoplos (mencampur) beras berkualitas tinggi dan rendah untuk mengatasi hal tersebut.

Berdasarkan pantauan ROL, Senin (2/3), harga beras kualitas satu mencapai Rp 12 ribu per kg, beras kualitas dua Rp 11.500 per kg dan beras kualitas tiga Rp 11 ribu.

Beras kualitas tiga itu merupakan beras yang didatangkan pedagang beras dari Jateng. Beras tersebut merupakan hasil panen musim rendeng (hujan) 2015 sehingga kadar airnya masih tinggi dan jika dimasak menghasilkan nasi yang benyek.

''Masyarakat kurang suka,'' ujar Wahyudi. Sedangkan beras kualitas satu dan dua, terang Wahyudi, merupakan beras yang berasal dari gabah kering simpan hasil panen gadu (kemarau) 2014 lalu. Jika dimasak, menjadi nasi yang kualitasnya bagus.

Namun, tingginya harga beras kulitas satu dan dua membuat beban pengeluaran warga menjadi berat. Mereka terpaksa mencampur beras kualitas satu dan tiga.

''Ya ada pembeli yang membeli beras kualitas satu sekarung dan beras kualitas tiga sekarung, kemudian beras itu mereka campur sendiri,'' kata Wahyudi.

Hal itu diakui seorang warga Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Ratmini. Dia mengaku terpaksa mencampur beras kualitas satu dan tiga karena tingginya harga beras kualitas satu.

''Mau beli beras kualitas tiga, keluarga saya tidak suka karena nasinya benyek. Akhirnya terpaksa dicampur dengan beras kualitas satu supaya nasinya tak terlalu benyek dan dari segi harga lumayan bisa mengirit,'' tutur Ratmini.

Ratmini berharap, harga beras bisa segera turun. Pasalnya, tingginya harga beras membuat beban pengeluarannya menjadi berat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement